Jenita Janet digugat harta gana-gini oleh mantan suaminya, Alief Hedy Nurmaulid. Ia tak menyangka Alief memasukkan gugatan harta gana-gini.
Selama ini, Jenita mengaku selalu berusaha menopang perekonomian rumah tangganya. Selama menikah dengan Alief, Jenita mengaku tak pernah mewajibkan Alief untuk memberikannya nafkah.
“Saat itu saya tidak mewajibkan dia memberikan nafkah ke saya. salahnya itu. Saya selalu tidak mempermasalahkan karena saya punya uang. Karena dia belum ada uang jadi dari saya dulu,” kata Jenita di Pengadilan Agama Bekasi Jawa Barat, Selasa (4/8).
Namun rupanya, Jenita Janet mengambil keputusan yang salah. Ia menilai mantan suaminya malah terlalu nyaman dengan kondisi tersebut. Jenita bilang, Alief justru menganggap enteng perlakuan yang dia berikan.
“Karena dia belum ada uang jadi dari saya dulu. Ternyata kebiasaan itu terjadi sejak 3 tahun di Jakarta dan ngontrak rumah. Ternyata bikin dia nyaman dan keenakan,” tutur Jenita.
Kemudian Jenita mempekerjakan Alief sebagai manajernya. Ketika itu, Alief mendapatkan 20 persen keuntungan dari penghasilan Jenita selama menjalani pekerjaan off air.
“Setelah dia dapat penghasilan dari kerja sama saya menjadi manajer, baru saya minta. Karena aku nyicil rumah di Pondok Melati,” ungkap Jenita.
“Saya bayar cicilannya. Nah, tidak ada kesadaran dia bantu nyicil. Aku DP dan perjuangin supaya dapat rumah itu,” tambahnya.
Berbagai tanggungan rumah tangga seperti listrik dan lain-lain juga menjadi tanggung jawab Jenita. Ia geram, kemudian meminta Alief untuk memberikannya nafkah.
Alief sepakat memberikannya nafkah sebesar Rp 5 juta per bulan untuk menutupi segala kebutuhan. Uang tersebut diperoleh dari pekerjaannya sebagai manajer Jenita.
“Karena dia dapat 20 persen dari bayaran off air aku, yang totalnya ratusan juta. Dia cuma menyanggupi kasih nafkah Rp 5 juta, itu untuk sandang, pangan, papan,” ungkap Jenita.
Di sisi lain, Jenita menceritakan soal perjuangannya meniti karier di Jakarta. Kala itu, mantan suaminya yang berada di Bandung tak tahu persis kerja kerasnya.
Ketika Jenita mulai mencapai puncak kariernya, dia membawa mantan suaminya ke Jakarta untuk dipekerjakan sebagai manajer. Ini merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang istri.
“Saya enggak mau dibilang istri yang menelantarkan suaminya, yang tidak memenuhi tanggung jawab suami lahir maupun batinnya, makanya saya mengambil dia menjadi manajer saya. Itu salah satu alasannya saya ingin bersama-sama dan saya ingin melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang istri,” tutup Jenita Janet.
Editor : Parna
Sumber : kumparan