Tanpa garam, tiap rasa masakan yang Anda buat tentu bakal berbeda. Keberadaan bumbu satu ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

Namun, ada begitu banyak jenis garam dengan beragam karakter. Ada yang mudah dicampur makanan tanpa harus dipanaskan, ada yang sangat keras sehingga jika tidak cermat rasa asin masakan tidak merata.

Meski sama-sama asin, tiap jenis garam memiliki peruntukan berbeda-beda. Mulai dari garam meja hingga garam kosher, berikut perbedaan dan penggunaannya

1. Garam meja (iodized salt)

Garam meja atau umum disebut garam beryodium paling sering ditemui di rumah tangga. Teksturnya sangat halus, jauh lebih halus daripada gula pasir. Mengutip healthline, tekstur halus ini didapat dari proses penggilingan berat yang membuang sebagian besar kotoran dan mineral di dalamnya.

Garam meja hampir murni mengandung natrium klorida (sekitar 97 persen atau lebih tinggi). Di banyak negara, garam meja mengandung yodium tambahan.

Garam jenis ini juga kerap menjadi salah satu langkah kesehatan untuk mengatasi masalah kekurangan yodium. Kekurangan yodium dapat mengakibatkan hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid), disabilitas intelektual, dan masalah kesehatan lain.

2. Garam krosok (coarse salt)

Garam krosok memiliki butiran lebih besar dan kasar dibanding garam meja. Garam memiliki rasa asin jauh lebih kuat dan tidak mudah larut. Umumnya garam krosok digunakan untuk mengawetkan ikan, produksi ikan asin, juga campuran pakan ternak.

Seorang petani memanen garam di Penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (29/7/2019). Menurut petani, dalam beberapa pekan terakhir harga garam di tempat tersebut terus mengalami penurunan dari harga rata-rata Rp100 ribu per karung kini menjadi Rp80 ribu per karung untuk garam pupuk dan garam konsumsi turun dari Rp250 ribu per karung menjadi Rp150 ribu per karung. Selain dipicu meningkatnya produksi, masuknya garam dari daerah lain juga turut mempengaruhi harga garam petani di daerah tersebut. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/aww.Ilustrasi. Ada banyak jenis garam dengan berbagai karakter dan penggunaan. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Jika dipecah, garam krosok bisa digunakan untuk masakan. Koki Amy Eubanks mengatakan, garam bisa digunakan sebagai topping di akhir olahan, tapi bukan sebagai bumbu. “Garam ini lebih [cocok] untuk bagian akhir atau garnish,” ujar Eubanks mengutip Self.

3. Garam laut (sea salt)

Seperti namanya, garam laut dibuat melalui proses evaporasi (penguapan) air laut. Kandungan mineral yang dikandung bakal bervariasi bergantung dari asal lautnya. Umumnya garam laut mengandung mineral seperti potasium, zat besi, dan seng. Makin gelap warnanya, konsentrasi mineral maupun polutannya pun makin tinggi.

Garam laut memiliki bentuk mirip serpihan kristal dan bersisik. Sekali ditaburkan, garam bakal tersebar rata dan tidak meninggalkan ledakan rasa asin.

4. Garam Himalaya (Himalayan pink salt)

Garam Himalaya atau kerap disebut Himalayan pink salt merupakan garam yang diperoleh dari tambang garam Khewra, Pakistan. Ini merupakan tambang garam terbesar kedua di dunia setelah Golderich di Kanada. Warna pink didapat dari kandungan iron oxide (besi oksida).

Dibanding dengan garam meja biasa, kandungan natrium garam Himalaya terbilang lebih rendah. Jika garam meja mengandung 39,1 persen natrium, garam Himalaya sekitar 36,8 persen.

Garam ini mengandung sedikit kalsium, zat besi, potasium dan magnesium. Kandungan mineral ini pula yang membuat garam Himalaya lebih diminati.

Fine grain pink salt from HimalayasIlustrasi. Salah satunya adalah jenis garam Himalaya yang kaya akan kandungan mineral. (iStockphoto/Quanthem)

Menurut Eubanks, mineral tambahan ini pula yang membuat citarasa garam Himalaya agak berbeda dengan garam lain. Presentasi rasa yang agak berbeda bakal diperoleh saat Anda menambahkan garam sebagai sentuhan akhir masakan.

5. Garam kosher (kosher salt)

Garam kosher populer di Amerika Utara. Biasanya garam kosher digunakan untuk proses ‘koshering salt‘ yakni menghilangkan darah pada daging termasuk membilas, merendam, dan menggarami.

“Banyak pekerja profesional dapur menggunakan garam kosher karena salinitas rendah yang mana tidak membuat masakan jadi keasinan. Bentuknya yang menyerupai butiran besar dan kasar membuatnya mudah diambil dan disebarkan dengan jari,” jelas Eubanks.

Garam jenis ini, kata dia, paling baik untuk menggarami daging.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnindonesia