Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mempertimbangkan melarang penggunaan aplikasi TikTok di Negeri Paman Sam untuk menghukum China atas penyebaran virus corona (Covid-19)

“Ini adalah sesuatu yang sedang kita lihat sekarang. Ini (TikTok) bisnis besar. Lihat, apa yang terjadi pada China dengan virus ini, apa yang telah mereka lakukan terhadap negara ini dan dunia adalah sangat memalukan,” kata Trump dalam wawancara dengan Bloomberg pada Kamis (23/7).

Trump mengatakan larangan penggunaan TikTok merupakan “salah satu dari banyak cara” yang tengah ia pertimbangkan untuk menghukum China.

TikTok terperangkap dalam perselisihan AS-China. Trump menganggap aplikasi populer itu sebagai alat mata-mata pemerintahan Presiden Xi Jinping.

Sebelum Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah lebih dulu mengungkapkan rencana pelarangan TikTok dan sejumlah aplikasi China lainnya.

Pompeo khawatir TikTok dan sejumlah aplikasi asal Negeri Tirai Bambu berisiko memunculkan ancaman spionase.

TikTok hingga saat ini diperkirakan memiliki hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia. Terlepas dari popularitasnya yang sangat besar, aplikasi buatan perusahaan China, ByteDance, itu telah beberapa kali dituduh sebagai aplikasi mata-mata dan mencuri data para pengguna.

Namun, TikTok menegaskan bahwa mereka tidak pernah menyebarkan informasi pengguna kepada pemerintah China.

“TikTok dipimpin oleh CEO yang merupakan orang Amerika, dengan ratusan karyawan dan patuh terhadap kebijakan keamanan, keselamatan, produk, dan kebijakan publik AS,” ujar seorang juru bicara TikTok seperti dilansir AFP.

“Kami tidak pernah memberikan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok. Kami tidak akan melakukannya,” ucap dia.

Sementara itu, pemerintah China mengecam rencana Trump melarang TIkTok yang dianggap merupakan langkah jahat.

“Pernyataan yang dibuat oleh beberapa politikus AS benar-benar tidak berdasar dan jahat. Pemerintah China selalu meminta perusahaan China untuk melakukan kerja sama di luar negeri berdasarkan hukum dan kepatuhan yang berlaku,” kata juru bicara Kemlu China, Zhao Lijian, dalam jumpa pers di Beijing.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia