Selama pandemi corona, masker menjadi barang wajib pakai ketika keluar rumah untuk cegah penularan virus SARS-CoV-2. Selain masker, banyak dijumpai orang-orang yang beraktivitas di luar ruangan menggunakan face shield atau topeng pelindung wajah. Tak sedikit dari mereka yang justru hanya memakai face shield tanpa masker untuk menutupi wajah mereka.
Lalu, apakah sebenarnya face shield cukup ampuh untuk menghindari penularan infeksi virus corona? Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, face shield saja tidak bisa benar-benar mencegah penularan.
Masyarakat tetap diimbau untuk menggunakan masker karena lebih penting dibandingkan dengan hanya menggunakan pelindung wajah. Ia mengibaratkan penggunaan face shield tanpa masker bagaikan menggunakan payung tanpa jas hujan.
“Kami mengibaratkan penggunaan face shield tanpa menggunakan menggunakan masker ibarat orang yang hanya menggunakan payung yang bisa melindungi dari tetesan air yang dari atas tetapi tidak melindungi dari samping,” ujar Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Sabtu, (11/7).
“Oleh karena itu, tetap gunakan masker sebagai pengaman. Ibaratnya ialah menggunakan jas hujan yang penuh, sehingga bukan hanya tetesan air dari atas, dari samping pun bisa kita hindari,” lanjutnya.
Lebih Baik Masker atau Face Shield? Ini Jawaban Gugus Tugas untuk Cegah Corona (1)
Penggunaan face shield di era new normal. Foto: Shutterstock
Lebih lanjut Yurianto mengungkap, bahwa banyaknya kasus penularan di Indonesia terjadi karena masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. Banyak orang yang tidak menggunakan masker dengan benar karena alasan kesulitan bernapas.
Oleh karena itu, Yurianto mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker yang nyaman dan tidak terlalu ketat sehingga bisa bernapas dengan nyaman. Jangan juga menggunakan masker yang terlalu elastis dan tebal karena akan menutup aliran udara yang masuk ke dalam hidung.
“Kami banyak sekali melihat masker kain yang didesain terlalu tebal sehingga akhirnya tidak nyaman untuk bernapas. Atau menggunakan bahan elastis yang kemudian terlalu menekan hidung, ini pun juga tidak nyaman untuk digunakan. Sehingga seringkali penggunaannya menurunkan maskernya menutup mulut dengan alasan tidak bisa bernapas. Oleh karena itu gunakan yang benar,” jelasnya.

Virus Corona Bisa Bertahan di Udara Dalam Waktu Lama

Virus corona sendiri terbukti dapat menyebar melalui mikro partikel tetesan atau aerosol  yang melayang di udara dalam waktu yang lama. Yurianto menyetarakan aerosol itu dengan semprotan nyamuk, yang akan terus berada di udara selama ruangan tidak memiliki aliran udara yang baik.
Lebih Baik Masker atau Face Shield? Ini Jawaban Gugus Tugas untuk Cegah Corona (2)
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Penularan aerosol di sini cenderung terjadi di dalam ruangan tertutup, seperti ruangan berpendingin, pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah, dan bangunan yang berventilasi buruk. Sedangkan di ruangan terbuka, penularan secara aerosol sangat jarang terjadi. 
Yurianto juga mengimbau masyarakat untuk memelihara ruangan di rumah dengan ventilasi yang baik. Hal itu akan melancarkan aliran udara di ruangan dan memudahkan udara kotor untuk keluar dengan cepat.
“Pelihara ruangan kita dengan ventilasi yang maksimal, pergerakan udara yang baik, sehingga kalau di ruangan itu kita temukan droplet orang yang positif akan bisa cepat dikeluarkan dari ruangan itu dengan aliran udara yang baik,” kata Yurianto. 
Karena aerosol bersifat sangat ringan dan bertahan cukup lama di udara, Yurianto menekankan warga untuk memastikan bahwa daerah hidung dan mulut mendapatkan perlindungan terbaik. Oleh karena itu, penting untuk selalu menggunakan masker.
“Apakah akan menggunakan masker kain atau masker bedah yang dipakai medis, silakan. Pada prinsipnya ini yang menjadi beberapa hal yang kami amati menjadi sumber tertularnya seseorang karena tidak disiplin menggunakan masker yang baik,” tegasnya.
Editor : Parna
Sumber : kumparan