JAKARTA – Unilever menegaskan tidak akan memasang iklan di Facebook, Twitter, dan Instagram hingga akhir tahun nanti. Alasannya, Unilever menilai marak pengguna yang mengunggah politik yang terpolarisasi, termasuk embel-embel ujaran kebencian.
Akibat pernyataan itu, saham Facebook dan Twitter merosot lebih dari 8,3 persen. Harap maklum, selama ini komitmen Unilever memasng iklan di Facebook sangat tinggi. Diperkirakan Unilever menggelontorkan US$42 juta untuk beriklan ke media sosial besutan Mark Zuckerberg tersebut.

Aksi Unilever tersebut kemudian diikuti oleh sejumlah perusahaan yang mengaku bergabung memboikot iklan di Facebook sebagai protes atas kegagalan platform Facebook menghentikan penyebaran kebencian. Siapa saja perusahaan yang ikut memboikot? Berikut daftarnya.

Starbucks

Kedai kopi modern Starbucks menyatakan menyetop sementara iklan di media sosial. Keputusan ini pukulan bagi Facebook, karena Starbucks merupakan pengiklan ke-6 terbesar pada 2019 lalu.

Starbucks menghabiskan sekitar US$94,8 juta untuk beriklan di Facebook pada tahun lalu.

Namun demikian, Starbucks tidak memberi sinyal secara resmi bahwa mereka bergabung dengan boikot iklan #StopHateForProfit. Namun, perusahaan bilang moratorium itu bertepatan dengan kampanye perusahaan menghentikan pidato kebencian.

“Kami menentang kebencian. Kami percaya lebih banyak yang harus dilakukan untuk menciptakan komunitas online yang ramah dan inklusif. Pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan perlu bersatu untuk membuat perubahan nyata,” tulis Starbucks.

Coca Cola

Produsen minuman berkarbonasi Coca Cola memutuskan menghentikan sementara semua iklan di media sosial, tidak hanya di Facebook. Keputusan ini berlaku mulai Juli 2020 dan berlaku setidaknya selama 30 hari ke depan atau satu bulan.

“Kami akan mengambil waktu untuk menilai kembali standar dan kebijakan periklanan kami untuk menentukan apakah revisi diperlukan. Kemudian, apa lagi yang harus kami harapkan dari mitra media sosial kami untuk menghilangkan platform kebencian, kekerasan, dan konten yang tidak pantas,” ujar manajemen perusahaan.

Levi Strauss

Produsen celana dan pakaian denim bermerek Levi’s dan Dockers ini mengumumkan menghentikan sementara semua iklan di Facebook dan Instagram sebagai bagian dari kampanye perusahaan pada akhir pekan lalu.

“Kami menyuarakan keprihatinan kami tentang kegagalan Facebook untuk menyetop penyebaran informasi yang salah dan kebencian melalui platformnya. Kami percaya kelambanan ini memicu rasisme dan kekerasan, dan juga berpotensi mengancam demokrasi dan integritas pemilu kami,” tulis manajemen perusahaan.

JanSport

Perusahaan yang memproduksi tas ransel ikonik bermerek Jansport juga mengklaim tidak akan beriklan dengan Facebook dan Instagram mulai Juli nanti. Perusahaan melawan dengan kampanye #StopHateForProfit.

“HItung kami @Facebook. JanSport akan berhenti beriklan di Facebook dan Instagram dan bergabung dalam perjuangan untuk kebijakan yang lebih ketat dalam membuat konten rasis, kekerasan, dan penuh kebencian,” imbuh manajemen melalui Twitter.

Honda

Produsen mobil Honda divisi Amerika Serikat (AS) juga bergabung dengan korporat lainnya menarik iklan mereka dari Facebook dan Instagram. “American Honda akan menahan iklannya,” jelas perusahaan.

“American Honda memilih untuk berdiri dengan orang-orang yang bersatu melawan kebencian dan rasisme. Ini tidak selaras dengan nilai-nilai perusahaan kami, yang didasarkan pada rasa hormat manusia.”

The North Face

Produsen pakaian dan alat aktivitas ruangan terbuka juga memboikot Facebook. Lewat aku Twitter resminya, The North Face menyebut, “kami keluar Facebook #StopHateForProfit.”

Juru bicara induk perusahaan VF Corp mengatakan merek lain di bawahnya sedang mempertimbangkan untuk mengikuti jejak The North Face. VF Corp meliputi, Vans, Dickies, Timberland, dan Smartwool.

Untuk tahun yang berakhir 31 Maret 2020, VF Corp menghabiskan US$756 juta untuk iklan. Sebagian di antaranya mengalir ke media sosial Facebook.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia