JAKARTA – Indonesia berpotensi masuk ke jurang resesi pada kuartal III 2020 akibat hantaman pandemi virus corona. Pemerintah memproyeksi ekonomi Indonesia diramalkan minus 3,8 persen pada kuartal II 2020 dan minus 1,6 persen.
Dalam ilmu ekonomi, negara yang menorehkan pertumbuhan minus dalam dua kuartal berturut-turut artinya masuk ke jurang resesi. Kalau sudah begini, seluruh lapisan masyarakat harus waspada karena ekonomi terbilang sedang sulit-sulitnya.

Jangan sampai, masyarakat justru tak memiliki tabungan satu persen pun di tengah buruknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Masalahnya, tak ada yang bisa memastikan sampai kapan pandemi ini akan berakhir.

Di tengah ketidakpastian ini, perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau merumahkan karyawannya secara tiba-tiba karena kinerja keuangan perusahaan yang memburuk. Alhasil, karyawan yang semula masih memiliki pendapatan tetap bisa saja menjadi pengangguran nantinya.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet menyatakan masyarakat sebaiknya meningkatkan tabungan di tengah ketidakpastian ini. Masalahnya, situasi bisa saja bertambah buruk ketika ekonomi Indonesia benar-benar resesi.

“Kalau seperti ini kecenderungannya menabung. Jadi masyarakat menabung untuk mencegah hal-hal yang lebih buruk akan terjadi akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi,” ucap Yusuf kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/6).

Ia bilang ini berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat, dari kelas menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Untuk kelas menengah ke bawah yang pendapatannya mungkin hampir setara dengan tingkat kebutuhannya, Yusuf menyarankan untuk lebih menyeleksi barang-barang yang harus dibeli per bulannya.

“Jadi lebih dihemat biar tetap ada sisa untuk menabung. Namun, susah memang karena pengeluaran mereka juga banyak, ada bayar listrik,” tutur Yusuf.

Di sini, sambung dia, masyarakat kelas menengah ke bawah butuh uluran tangan pemerintah agar konsumsi mereka tak berhenti. Yusuf bilang masyarakat golongan ini amat menanti bantuan sosial (bansos) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika resesi itu benar-benar datang.

“Mau tidak mau mereka bergantung dengan bantuan pemerintah. Dibantu melalui bantuan sosial termasuk subsidi listrik,” jelas Yusuf.

Dengan bantuan itu, minimal masyarakat tetap melakukan konsumsi atau kebutuhan primernya tetap tercukupi. Setelah kebutuhan tercukupi dan ada sisa uang, masyarakat kelas menengah ke bawah bisa menabung meski sedikit.

Selanjutnya, untuk kelas menengah dan menengah ke atas disarankan juga untuk investasi. Ini karena biasanya jumlah tabungan mereka sudah berlebih dan ada pos dana darurat.

“Untuk masyarakat kelas menengah dan menengah atas bisa juga investasi karena tabungan lebih banyak. Bisa investasi di instrumen yang aman,” kata Yusuf.

Ia merekomendasikan masyarakat bisa membeli surat berharga negara (SBN) yang dirilis pemerintah. Menurutnya, imbal hasil yang ditawarkan cukup menguntungkan dan investasi dijamin oleh pemerintah.

“Selain menabung itu juga bisa membantu pemerintah untuk pembiayaan anggaran dalam penanganan pandemi virus corona,” katanya.

Sementara, Yusuf mengaku tak begitu menyarankan untuk membeli emas meski portofolio itu termasuk aset aman. Pasalnya, pergerakan harga emas tahun ini dinilai berfluktuasi.

Padahal, jika ekonomi melambat harga emas biasanya selalu berada dalam tren kenaikan. Namun, beberapa waktu lalu harga emas justru sempat turun.

“Harga emas tidak terlihat stabil seperti sebelumnya. Kalau ekonomi melemah, emas seharusnya konsisten naik tapi tahun ini tidak begitu,” ucap Yusuf.

Sebagai gambaran, harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam pagi ini melonjak Rp8.000 per gram dari Rp908 ribu per gram menjadi Rp916 ribu per gram. Sementara harga pembelian kembali (buyback) naik Rp10.000 per gram dari Rp799 ribu menjadi Rp809 ribu per gram.

Senada, Ekonom BCA David Sumual juga menyarankan agar masyarakat berinvestasi. Menurutnya, masyarakat bisa menanamkan dananya di sejumlah saham yang valuasinya kini sudah turun.

“Saham kan sudah banyak sekarang yang valuasinya rendah,” imbuh David.

Tak hanya aset dalam bentuk portofolio, David bilang masyarakat juga bisa memanfaatkan aset fisik berupa tanah yang dijual dengan harga murah akibat pandemi virus corona. Dengan begitu, dana lebih yang dimiliki masyarakat tak hanya diam di bank saja.

“Banyak aset yang murah, beberapa masyarakat melihat ini sebagai kesempatan,” ucap David.

Di samping itu, David menambahkan bahwa masyarakat juga perlu melakukan inovasi dalam mencari pendapatan sehari-hari. Misalnya, berjualan barang-barang yang dibutuhkan selama pandemi virus corona secara daring (online).

“Harus kreatif, harus berinovasi. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah. Misalnya kemarin-kemarin banyak yang membuat masker,” kata David.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia