JAKARTA – Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) diyakini belum akan berlalu dalam waktu dekat. Diperkirakan masih banyak karyawan yang akan kehilangan pekerjaan imbas pandemi COVID-19.

Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, badai PHK masih akan berlanjut sekalipun kegiatan perekonomian sudah kembali berjalan dengan dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Kalau misalnya ditanya apakah gelombang PHK itu masih terjadi, kalau menurut saya potensinya memang masih ada, karena meskipun pelonggaran (pembatasan sosial) itu sudah dilakukan tapi nyatanya kan itu tidak akan serta merta secara cepat itu proses bisnis akan berjalan normal seperti sebelum terjadinya pandemi,” kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (24/6/2020).

Apalagi nyatanya kasus baru positif COVID-19 masih terus meningkat. Hal itu menurutnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara nasional.

“Kalau menurut saya memang akan tetap ada potensi untuk masih terjadinya PHK karena proses transisi ini kan sebenarnya ditunjukkan untuk proses pemulihan ekonomi nasional. Tetapi kan kalau kita melihat tren kasus secara nasional meningkat itu tentu akan berpengaruh terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan,” ujarnya.

Menurutnya badai PHK akan mereda tergantung seberapa cepat pemulihan ekonomi nasional ini bisa dijalankan.

“Jadi kalau secara nasional Indonesia, kita ngomongnya tentu ini masih ada proses. Jadi memang tidak akan serta merta pulih. Jadi proses dari PHK-nya itu memang masih besar kemungkinan akan terjadi setidaknya sampai dengan proses pemulihan ini selesai,” tambahnya.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto juga menilai saat ini belum mencapai puncak badai PHK. Itu disebabkan oleh pelemahan kegiatan ekonomi.

“Jadi ini belum puncaknya untuk semua industri. Artinya gelombang PHK ini memang akan terus terjadi,” ujarnya.

Apalagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2020 diproyeksikan akan negatif. Sementara pada kuartal pertama masih tumbuh positif tapi badai PHK sudah terjadi.

“Triwulan kedua kan kemungkinan negatif, lebih parah, dari gelombang PHK ini masih akan berlanjut sampai kemudian mungkin ada recovery ekonomi,” tambahnya.

Editor: PARNA
Sumber: detikfinance