Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bintan, mencatat ada 21 warga di Kabupaten Bintan yang dinyatakan positif menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dari jumlah tersebut, satu diantaranya meninggal dunia.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Bintan, drg Euis Herawati mengatakan, kasus DBD yang terjadi tersebut dihitung mulai Januari hingga Juni 2020.

“Januari ada 11 orang, Februari ada 2 orang, Maret 1 orang, April zero alias 0, Mei 4 orang dan Juni sampai tanggal 20 ini ada 3 orang,” ujarnya, Senin (22/6).

Ia mengutarakan, pasien yang DBD yang meninggal dunia tersebut adalah seorang bocah berusia 8 tahun yang berdomisili di Kelurahan Tanjungpermai, Kecamatan Seri Kuala Lobam.

Bocah yang duduk di kelas 2 SD itu mengalami demam dan sempat menerima perawatan di puskesmas, serta dirujuk ke RSUD Bintan di Kijang Kecamatan Bintan Timur. Namun sehari sesudah dirawat anak tersebut meninggal dunia.

“Kasus anak yang meninggal dunia itu 3 Juni 2020 lalu. Sedangkan 20 orang lainnya yg menderita DBD dalam kondisi baik,” sebutnya.

Beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan merupakan wilayah endemik. Apalagi kondisi cuaca dari Januari-Juni sering hujan sehingga banyak nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.

Jika seseorang digigit nyamuk tersebut maka virusnya akan masuk ke dalam darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Akibatnya terjadi infeksi pada sel-sel tubuh yang sehat.

“Jika sudah digigit nyamuk penyebab DBB ini maka orang itu akan demam tinggi hingga 40 derajat, muka kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, sakit kepala, mual dan muntah, infeksi tenggorokan, dan sakit di sekitar bola mata,” jelasnya.

Dihimbau masyarakat seluruh Kabuoaten Bintan jangan lengah terhadap jentik-jentik nyamuk. Melainkan tetap mencegahnya dengan menggalakan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN).

Diantaranya menerapkan 3 M Plus yaitu menguras penampungan air, membuang barang-barang yang mudah tergenang air dan menutup penyimpanan air serta memberikan bubuk abate.

“Waspada DBD dengan mengalakkan lagi hidup bersih dan sehat. Salah satunya PSN di lingkungannya masing-masing. Lebih baik cegah dari pada mengobatinya,” ucapnya.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan