Serangan udara menyerbu Provinsi Saada di Yaman Utara, Selasa (16/6). Peristiwa ini menewaskan 13 warga sipil, 4 di antaranya merupakan anak-anak.

Konflik di Yaman terjadi sejak 2015. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi terus berperang dengan gerakan Houthi, pemberontak Yaman. Imbasnya, konflik ini menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

“Kami ketakutan saat mengetahui adanya kematian 13 warga sipil, termasuk empat anak, hari ini di Yaman,” kata direktur organisasi kemanusiaan dunia, Save the Children, Xavier Joubert, dilansir AFP, Rabu (17/6).

Insiden tersebut terjadi setelah Sekjen PBB Antonio Guterres menghapus koalisi Saudi dari daftar hitam. Sebab, Guterres sempat melihat adanya penurunan jumlah pembunuhan dan kekerasan terhadap warga sipil dan anak-anak dalam konflik tersebut.

Pemberontak Houthi di Yaman.

Meski begitu, PBB menilai koalisi Saudi dan Houthi sama-sama melakukan pelanggaran hak asasi di Yaman. Joubert mengkategorikannya sebagai kejahatan perang.

“Ini ironi yang sangat menyedihkan bahwa serangan ini terjadi pada hari ketika laporan tahunan PBB tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata keluar,” kata Joubert.

Organisasi penanggulangan bencana, Oxfam, dan organisasi internasional lainnya, termasuk Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), juga mengutuk serangan itu.

“Penyelidikan harus dilakukan, dan pihak yang bertikai harus bertanggung jawab atas kematian mereka,” ujar direktur NRC, Mohamed Abdi.

Konflik yang berujung krisis kemanusiaan ini telah memberikan dampak buruk bagi 24 juta orang. Sementara, puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan