JAKARTA – Studi baru menyebut pria botak berisiko alami gejala berat ketika mengidap virus Corona COVID-19. Hubungan antara kebotakan dan gejala parah ini dinilai memiliki kaitan yang kuat sehingga dianggap sebagai faktor risiko.
“Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediksi sempurna dari tingkat keparahan,” jelas pemimpin studi utama di Brown University, Prof Carlos Wambier, dikutip dari The Sun Jumat (5/6/2020).

Jika penelitian lebih lanjut terkonfirmasi bahwa ada kaitan yang jelas antara pria botak dengan faktor risiko keparahan pasien COVID-19, ilmuwan menyebut hal ini bisa membantu perawatan pasien COVID-19. Sekaligus mengurangi jumlah pria yang meninggal akibat virus Corona COVID-19.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pria botak secara tidak proporsional rentan terhadap kematian akibat virus Corona karena hormon mereka. Penelitian sebelumnya dan analisis statistik oleh Public Health di Inggris pun menunjukkan bahwa pria dua kali lebih mungkin meninggal karena virus Corona.

Para ilmuwan saat ini meyakini bahwa kerentanan pria disebabkan oleh hormon seks pria yang disebut androgen, termasuk testosteron. Androgen disebut menyebabkan rambut rontok dan juga berperan sebagai ‘gerbang’ untuk meningkatkan kemampuan virus Corona dalam menyerang sel.

Temuan dari Brown mengkonfirmasi studi sebelumnya yang menemukan penyebab dan efek yang sama dengan pasien di seluruh dunia. Studi yang lebih kecil di Spanyol juga menunjukkan bahwa 79 persen pria botak perlu dirawat di rumah sakit.

Para ilmuwan juga menemukan hasil serupa pada wanita yang kehilangan rambut karena androgen. Studi Italia lainnya menemukan bahwa pria yang sedang dirawat karena kanker prostat dengan terapi kekurangan androgen empat kali lebih kecil untuk terkena virus Corona dibandingkan pasien yang menggunakan perawatan lain.

Editor: PARNA
Sumber: detikhealth