LONDON – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengutuk pembunuhan George Floyd, warga kulit hitam Amerika Serikat yang tewas setelah lehernya ditekan dengan lutut polisi yang menangkapnya.
Johnson juga menyampaikan pesan untuk Presiden AS Donald Trump bahwa kekerasan rasis tidak punya tempat di masyarakat.

“Kita berduka untuk George Floyd dan saya terkejut dan muak melihat apa yang terjadi padanya,” ujar Johnson seperti dilansir kantor berita Associated Press, Kamis (4/6/2020).

“Dan pesan saya untuk Presiden Trump, untuk semua orang di Amerika Serikat, dari Inggris, adalah bahwa saya pikir rasisme atau ras, menurut pendapat saya yang saya yakin juga sama dengan pendapat sebagian besar orang di seluruh dunia — rasisme, kekerasan rasis, tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita,” tegas pemimpin Inggris itu.

Johnson juga mendukung aksi-aksi demo untuk memprotes pembunuhan George Floyd, yang marak di AS selama beberapa hari terakhir.

“Yang ingin saya katakan adalah saya pikir orang punya hak untuk memprotes agar perasaan mereka diketahui tentang ketidakadilan seperti apa yang terjadi pada George Floyd,” tuturnya.

Johnson pun mengingatkan perlunya untuk tetap menjaga jarak saat berdemonstrasi di tengah pandemi virus Corona saat ini.

“Saya akan mendesak orang-orang untuk memprotes secara damai dan sesuai dengan aturan tentang social distancing. Nyawa setiap orang penting. Nyawa orang kulit hitam itu penting. Tetapi kita juga harus melawan virus ini,” tandasnya.

Sebelumnya, para kepala kepolisian Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan mereka “terkejut dan ngeri dengan cara George Floyd kehilangan nyawanya”

Tetapi mereka mengimbau agar orang-orang di Inggris “bekerja sama dengan para polisi” saat aksi-aksi protes marak ketika lockdown (penguncian) Corona mulai dilonggarkan.

“Hak untuk melakukan protes secara sah adalah bagian penting dari setiap demokrasi, yang dijunjung dan difasilitasi oleh polisi Inggris,” kata para kepala kepolisian tersebut dalam pernyataan mereka.

“Tetapi virus Corona tetap merupakan penyakit mematikan dan masih ada pembatasan untuk mencegah penyebarannya, yang termasuk tidak berkumpul di luar dalam kelompok lebih dari enam orang,” imbuh mereka.

Sementara itu, unjuk rasa memprotes kematian George Floyd terus berlanjut di Inggris. Ribuan orang turun ke jalanan London untuk ikut serta dalam aksi solidaritas untuk pubik Amerika Serikat (AS) tersebut, pada Rabu (3/6) waktu setempat.

Seperti dilansir AFP, Kamis (4/6/2020), para demonstran di London, yang kebanyakan memakai masker, membawa poster-poster bertuliskan ‘Keadilan untuk George Floyd’ dan ‘Sudah cukup!’ saat melakukan long-march dari Taman Hyde menuju distrik pemerintahan Whitehall di London bagian tengah.

Sejumlah demonstran sempat terlibat bentrok dengan polisi yang berjaga di luar kantor Perdana Menteri (PM) Inggris di Downing Street. Beberapa demonstran lainnya berhenti dan melakukan aksi berlutut bersama saat kerumunan demonstran bergerak menuju Kedutaan Besar AS di London. Mereka membawa spanduk bertuliskan ‘Black Lives Matter’ dan mengangkat kepalan tangan ke atas.

“Saya ada di sini karena saya meyakini hak saya sebagai warga kulit hitam. Ini pergerakan yang penting,” ucap salah satu demonstran, Lisa Ncuka (26), yang seorang mahasiswa.

“Setiap orang seharusnya ada di sini berjuang untuk kesetaraan. Ini bukan hanya persoalan AS. Ini persoalan seluruh dunia dan kita perlu bersama-sama dan menyebarkan kesadaran ini,” imbuhnya.

Editor: PARNA
Sumber: detiknews