JAKARTA – Keluarga mendiang warga kulit hitam korban kekerasan polisi di Minneapolis, Minnesota, George Floyd, meminta seluruh warga Amerika Serikat yang melakukan unjuk rasa sebagai aksi solidaritas supaya segera menenangkan diri dan tidak terlibat kerusuhan.

Saudara laki-laki Floyd, Terrence Floyd, membujuk para pengunjuk rasa pada Senin (1/6) kemarin supaya berhenti melakukan kekerasan.

“Dia (George) tidak ingin kalian melakukan ini,” kata Terrence.

Minneapolis pun perlahan-lahan mulai tenang. Namun kondisi berbeda terjadi di kota-kota lain di seluruh wilayah AS, di mana pengunjuk rasa sama sekali tidak mematuhi pemberlakuan jam malam dan tetap turun ke jalan pada tengah malam hingga pagi.

Jam malam diberlakukan sebagai upaya untuk meredam kerusuhan yang sudah pecah selama tujuh sejak kematian George.

“Kota-kota kita memanas karena orang-orang kesakitan. Ini tentang bertahun-tahun kurangnya akses terhadap keadilan. Ini adalah kurangnya akuntabilitas dari pihak kepolisian. Ini tentang petugas baik yang tidak menindak petugas yang buruk,” kata Presiden Liga Kota Louisville, Sadiqa Reynolds kepada reporter CNN, Don Lemon, pada Senin kemarin.

Dilansir CNN, Selasa (2/6), keluarga Floyd dan banyak walikota serta gubernur mendukung aksi protes, tetapi mereka juga mengutuk aksi penjarahan dan kerusuhan di seluruh Amerika Serikat.

Para pengunjuk rasa juga disemprot gas air mata dan peluru karet oleh beberapa departemen kepolisian, meskipun ada beberapa anggota polisi yang ikut bergabung dengan para demonstran.

Hari di mana Terrence Floyd memohon kepada pengunjuk rasa untuk berdamai, Presiden AS Donald Trump justru mengambil sikap agresif untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Dia mengancam tidak segan akan melibatkan angkatan bersenjata jika pada gubernur dan walikota tidak bisa meredam situasi yang bergejolak pada saat ini.

Kerumunan demonstran dipukul mundur dengan gas air mata ketika Trump berfoto di depan sebuah gereja bersejarah yang rusak akibat aksi protes.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Josep Borell, pada konferensi singkat di Belgia mengatakan kematian George Floyd merupakan bagian dari penyalahgunaan kekuasaan dan harus ditinggalkan.

Borell mengatakan semua masyarakat harus tetap waspada terhadap penggunaan kekuatan yang berlebihan dan menangani insiden seperti itu dengan cepat.

“Kami di sini di Eropa, seperti orang-orang Amerika Serikat, kami terkejut dengan kematian George Floyd. Dan saya pikir semua masyarakat harus tetap waspada terhadap penggunaan kekuatan yang berlebihan dan memastikan bahwa semua insiden seperti itu ditangani dengan cepat, secara efektif dan dalam penghormatan penuh terhadap supremasi hukum dan HAM,” kata Borell.

Borell menambahkan, orang-orang yang bertanggung jawab menjaga ketertiban tidak akan menggunakan kapasitasnya dengan cara yang salah seperti yang telah terjadi pada George Floyd.

“Kami mendukung hak untuk melakukan aksi protes damai, dan kami juga mengutuk kekerasan dan rasisme dalam bentuk apa pun, dan tentu saja kami menyerukan untuk mengurangi ketegangan,” kata Borell.

Floyd meninggal setelah kehabisan napas dan mengalami serangan jantung akibat lehernya ditekan oleh seorang polisi yang menangkapnya.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia