Pojok Batam

Demonstrasi Kasus George Floyd, Gedung Putih Sempat Lockdown

JAKARTA – Pasukan pengamanan presiden Amerika Serikat (Secret Service) sempat mengunci akses keluar dan masuk Gedung Putih setelah ribuan demonstran penuntut keadilan atas kematian George Floyd berunjuk rasa di depan kediaman orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu, Jumat (29/5).

George Floyd merupakan warga AS keturunan kulit hitam yang tewas kehabisan napas saat polisi menekan lehernya dalam proses penangkapan. Kematian Floyd kemudian memantik puncak amarah publik AS terkait kebrutalan dan sikap rasial aparat terhadap warga kulit hitam di negara tersebut.

Presiden Donald Trump dikabarkan tengah berada di ruang kerjanya di Gedung Putih ketika demonstrasi berlangsung.

Ribuan demonstran terlihat memegang berbagai slogan, beberapa bertuliskan “Berhenti Membunuh Kami” dan “Apakah Saya Selanjutnya?” atau “AM I NEXT?”.

Puluhan petugas pasukan pengamanan presiden berbaris menyusun barikade demi mengamankan akses keluar masuk Gedung Putih dari para pengunjuk rasa.

Menurut pantauan langsung CNN, akses wartawan menuju ruang jumpa pers Gedung Putih juga terkunci. Pasukan keamanan juga tak mengizinkan siapa pun mendekati halaman Gedung Putih.

Beberapa awak media yang berada di halaman dekat ruangan wartawan juga telah dibawa masuk oleh petugas Secret Service.

Selain Gedung Putih, ribuan demonstran juga melakukan pawai menuju Capitol Hill.

Tak seperti demo-demo di sejumlah kota lainnya, aparat keamanan sejauh ini mampu mencegah demonstrasi di Washington berlangsung rusuh.

Demonstrasi pertama kali pecah di Minneapolis, Minnesota, sehari setelah kematian Floyd pada Senin (25/5) yang meninggal saat dalam penahan polisi.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Floyd sempat mendapat perlakuan yang tidak mengenakan dari seorang petugas polisi yang menangkapnya, Derek Chauvin.

Chauvin menangkap Floyd dengan cara yang tidak wajar. Rekaman video yang tersebar di media sosial memperlihatkan Chauvin memborgol tangan Floyd dan menjatuhkan badannya ke aspal.

Tak hanya itu, Chauvin mengunci badan Floyd dengan mencekik leher pria kulit hitam itu menggunakan lututnya.

Tak lama kemudian Floyd diam dan tubuhnya tidak bergerak. Dia tidak bereaksi ketika petugas memintanya berdiri dan masuk ke dalam mobil. Floyd lalu dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.

Floyd sendiri ditangkap setelah kepolisian menerima laporan dari sebuah supermarket yang mengklaim bahwa Floyd menggunakan uang palsu saat membeli barang.

Pada Selasa (26/5), Departemen Kepolisian Minneapolis mengonfirmasi kematian Floyd. Polisi menyebut pria itu meninggal “tak lama” setelah “insiden medis” ketika dibawa ke rumah sakit.

Demonstrasi mengecam kematian Floyd kemudian berlangsung di Denver, New York, dan Oakland. Kematian Floyd bukan lah satu-satunya pemantik amarah warga AS yang sesungguhnya. Sebab, insiden Floyd terjadi tak lama setelah dua warga kulit hitam AS lainnya tewas.

Ahamud Arbery (25) tewas pada 23 Februari lalu setelah ditembak oleh dua pria kulit putih ketika dirinya tengah lari pagi di lingkungan rumahnya di Brunswick, Georgia.

Beberapa pekan setelah kematian Arbery, perempuan kulit hitam bernama Breonna Taylor tewas akibat tembakan aparat saat merazia tempat tinggalnya pada Maret lalu.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia

Exit mobile version