JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam menutup media sosial setelah Twitter melabeli dua kicauan terbarunya sebagai klaim palsu atau “klaim tidak berdasar” untuk pertama kali.

Trump kesal dengan Twitter dan menuduh menuduh platform media sosial itu telah mencampuri pemilihan presiden AS. Kata dia, Partai Republik merasa suara konservatif dibungkam.

“Partai Republik merasa bahwa platform media sosial benar-benar membungkam suara-suara konservatif. Kami akan sangat mengawasi, atau menutupnya, sebelum hal ini terjadi,” tulis Trump, Rabu (27/5) seperti dikutip dari AFP.

Raksasa media sosial Twitter mengomentari dua kicauan Trump pada Selasa (26/5). Kedua kicauan itu berisikan anggapan Trump bahwa pemungutan suara melalui ‘mailing voting’ akan melahirkan pemilu AS yang curang.

Twitter membantah dan menyebut kicauan-kicauan Trump itu tanpa bukti.

Di bawah kolom kicauan Trump, Twitter mengunggah tautan ‘dapatkan fakta tentang mail-in ballots’ dan mengarahkan pengguna twitter untuk melihat klaim yang ‘tidak berdasar’ itu dengan mengutip artikel yang dirilis CNN, Washington Post, dan media lainnya.

“Trump secara keliru mengklaim bahwa surat suara (mail-in ballots) akan mengarah pada kecurangan pemilu,” tulis Twitter.

“Cek Fakta menegaskan tidak ada bukti bahwa surat suara yang akan digunakan pada pilpres AS mengarah pada kecurangan pemilu,” kata Twitter.

Menurut AFP, Trump memang kerap menggunakan Twitter untuk membagikan teori konspirasi, informasi palsu, dan mencaci kepada 80 juta pengikutnya.

Sebelum terpilih pada 2016, ia membangun citra politiknya dengan mendukung kebohongan bahwa Barack Obama tidak dilahirkan di Amerika Serikat.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia