JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat setuju menjual 18 torpedo kelas berat kepada Taiwan melalui Kantor Perwakilan Ekonomi dan Kebudayaan Taipei (TECRO) seharga US$180 juta pada Rabu (20/5) lalu.

Kesepakatan itu diambil di tengah ketegangan antara Taiwan dan China.

Dalam sebuah pernyataan, Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA) AS menyatakan TECRO membeli 18 torpedo kelas berat jenis MK-48 Mod6 Advanced Technology (AT).

Paket pembelian tersebut termasuk suku cadang, peralatan pendukung dan pengujian, kontainer pengiriman, operator manual, dokumentasi teknis, pelatihan, rekayasa kontraktor, layanan dukungan teknis, dan unsur-unsur lain terkait dukungan logistik.

Pemerintah China bereaksi keras terkait dengan kesepakatan tersebut.

Dalam laporan surat kabar pemerintah China, Global Times, mereka menyebut kesepakatan pembelian torpedo itu terlalu mahal, serta tidak bisa memunculkan perbedaan dalam potensi konflik militer antara Taiwan dan China.

Dilansir Defense World, torpedo tersebut diperkirakan mampu merusak kapal perang besar China, seperti kapal perusak tipe 055 dan kapal induk.

Tidak ada kontraktor utama yang terkait dengan penjualan ini, karena semua material diperoleh dari stok Angkatan Laut AS.

Tidak ada perjanjian penggantian kerugian yang diketahui sehubungan dengan potensi penjualan ini.

“China dengan tegas menentang penjualan senjata AS ke Taiwan, kami mendesak AS bersungguh-sungguh mematuhi prinsip China dan ketentuan dari tiga komunike bersama China-AS, menghentikan penjualan senjata ke Taiwan untuk menghindari perpecahan lanjutan bagi China-AS dan perdamaian stabilitas di selat Taiwan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dalam jumpa pers pada Kamis (21/5) kemarin.

Kepada Global Times, seorang pakar militer yang berbasis di Beijing, Wei Dongxu, mengatakan torpedo buatan AS bisa menjadi ancaman bagi kapal perang Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Namun, dia juga membeberkan kelemahan militer Taiwan.

“Kapal selam militer Taiwan sudah usang dan dapat terlihat dengan mudah, dan dihancurkan oleh PLA tanpa memberi mereka kesempatan untuk menggunakan torpedo,” kata Dongxu.

Pemerintah China menyatakan mereka akan berupaya menyatukan Taiwan, yang saat ini mempunyai pemerintahan terpisah, sebagai bagian kebijakan ‘Satu China’. Namun, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi menolak usul tersebut.

Tsai dikenal memilih merapat ke blok Barat seperti AS. Namun, sebagian faksi politik di Taiwan, khususnya Partai Kuomintang, memutuskan ingin merapat ke China.

Potensi konflik juga semakin tinggi karena sengketa Laut China Selatan. Selain itu, militer China melalui angkatan laut dan angkatan udara kerap menerobos wilayah perairan dan udara Taiwan.

Sedangkan AS juga kerap mengutus kapal perang dan jet tempur melintasi wilayah Taiwan mendekati China.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia