Pertikaian ataupun ketidakcocokan antara mertua dan menantu adalah hal yang umum terjadi. Begitu umumnya hal ini, sehingga terkadang mereka yang tidak memiliki masalah dengan mertua dianggap sebagai orang-orang yang beruntung.

Apa saja yang umumnya menjadi sumber permasalahan antara mertua dan menantu? Berikut adalah lima pemicu yang sering dijumpai:

  1. Segala sesuatu terkait cucu (waktu untuk punya anak, cara membesarkan anak, cara memberikan disiplin, cara memberikan makan, dll)
  2. Finansial (bantuan keuangan ataupun pinjaman yang diberikan tanpa sepengetahuan pasangan atau tanpa persetujuan pasangan)
  3. Keyakinan bahwa anaknya seharusnya bisa mendapatkan pasangan yang lebih baik daripada menantunya
  4. Merasa yakin lebih tahu bagaimana caranya mengelola rumah tangga dari pada menantunya
  5. Hal-hal lainnya yang menyangkut ketidakcocokan kepribadian, kebiasaan, ataupun nilai-nilai budaya dan agama

Nah, tentunya mesti ada jalan keluar jitu yang perlu diambil agar hubungan antara keluarga dapat selalu terjaga dengan baik. Siapa sih yang tidak ingin hubungan dengan keluarga harmonis?

Hubungan yang tidak harmonis dengan mertua biasanya akan mempengaruhi pola hubungan anak dengan eyangnya dan juga dengan pasangan kita sendiri.

Perhatikan contoh pertikaian antara pasangan berikut:

“Rasanya marah, sedih, kecewa, dan merasa dikhianati, ketika melihat Roni membela ibunya dan memintaku yang mengalah. Roni harusnya tahu ketika dia menikah, dia menikah denganku, bukan dengan ibunya. Kenapa dia selalu memihak ibunya?”

“Dian seharusnya bisa sabar. Semua orang tua itu maksudnya pasti baik. Tidak mungkin ada orang tua yang bermaksud mencelakakan.

Saya yakin Ibu juga tidak bermaksud seperti yang dituduhkan Dian. Dian harus bisa lebih sopan dalam menghadapi Ibu. Namanya juga orang tua, pasti akan tersinggung dan marah jika dihadapi dengan muka cemberut seperti itu.”

Apakah perasaan Dian valid? Apakah perasaan Roni salah? Dalam banyak kasus, tidak ada jawaban yang tegas antara mana yang benar dan mana yang salah. Karena dalam banyak kasus kedua sudut pandang ini datang dari niat yang baik.

Poinnya di sini adalah pertikaian seharusnya tidak membuat pasangan kita memilih antara yang satu dan yang lain. Pilihan seperti ini akan membuat pasangan ada dalam dalam dilema yang sangat besar dan mungkin saja akan membawa penyesalan di kemudian hari.

Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh pasangan dan seorang menantu dalam menghadapi mertua yang suka campur tangan?

1.  Kompaklah dengan pasangan dan buat aturan-aturan main yang bisa disepakati bersama.

Sampaikan dengan baik pada pasangan apa saja hal-hal yang mulai dirasakan mengganggu dan diskusikan solusinya. Yang perlu diingat adalah percakapan dengan pasangan dilakukan untuk mencari solusi, bukan untuk saling menyalahkan atau belum-belum sudah menuduh pasangan kita memihak pada yang lain.

Contoh cara menyampaikan sebuah masalah dan mendiskusikan solusi: “Kita tahu Mama dan Papa sayang sekali pada Andi dan sering membelikan Andi mainan-mainan mahal. Bagaimana sebaiknya menghadapi ini ya, aku juga tidak mau Andi tidak menghargai pemberian atau barang karena merasa mudah untuk mendapatkannya. Apakah mungkin kita berikan aturan bahwa pemberian hadiah hanya bisa dilakukan pada hari-hari istimewa saja? Bagaimana menurutmu, Mas?”

2. Sampaikan hasil-hasil kesepakatan bersama ini pada mertua dengan baik.

Piawailah dalam berdiplomasi. Salah satu cara yang bisa digunakan misalnya adalah dengan membuka diskusi untuk mencari tahu pendapat mertua tentang suatu maksud yang ingin dicapai.

Contohnya: Utarakan bahwa maksud dari kesepakatan ini adalah untuk menerapkan disiplin dan agar Andi tumbuh menjadi anak yang dapat bertanggung jawab, seperti mertua dulu ketika membesarkan anak-anaknya.

“Sayang kan Ma, mainan mahal-mahal ternyata langsung rusak sekali dua kali main karena dibanting-banting. Dian ingin Andi tumbuh menjadi laki-laki yang bertanggung jawab seperti Mas Roni. Bagaimana cara mama dulu memberikan disiplin pada Mas Roni?”

3. Berkomitmen dengan kesepakatan yang sudah dibuat.

Jika kesepakatan sudah dibuat dan sudah dikemukakan, yang berikutnya adalah penegakan kesepakatan. Jangan sungkan-sungkan untuk mengingatkan dengan baik, “Ma, hadiahnya Dian simpan dulu ya sampai akhir bulan ini, biar ada momennya untuk memberikan hadiah pada Andi.”

4. Berusahalah untuk tetap santun dalam segala kondisi.

Mungkin yang kita hadapi situasi yang sangat sulit, namun mertua adalah orang tua. Terlebih lagi yang paling penting, mertua adalah orang tua pasangan kita.

Pasangan kita bisa menjadi seperti dirinya sekarang karena orang tuanya. Tak ada alasan kita untuk kehilangan kesopanan. Carilah cara untuk mengendalikan emosi dengan baik. Tak akan ada hasil yang baik yang bisa dicapai dengan emosi.

5. Selalu punya rasa humor yang baik.

Dalam segala kondisi yang sulit, memiliki dan memelihara rasa humor adalah salah satu manajemen perasaan yang efektif. Melihat sesuatu dengan lensa humor bukan berarti sesuatu itu berkurang nilai pentingnya namun lebih sebagai upaya untuk membangun dan memperkuat relasi.

Selamat mencoba ya.. Jika teman SKATA memiliki pengalaman unik lain yang berbeda dan memiliki cara-cara jitu, yuk berbagi di kolom komentar!

Editor: PARNA
Sumber: kumparan