JAKARTA – Benjamin Netanyahu akhirnya kembali dilantik menjadi Perdana Menteri Israel oleh parlemen (Knesset), setelah melalui tiga kali pemilihan umum yang membuat praktik politik di negara itu hampir lumpuh selama 1,5 tahun.

Seperti dilansir Associated Press, Senin (18/5), parlemen melantik Netanyahu pada Minggu (17/5) kemarin, setelah sepakat memberikan mandat pemerintahan.

Netanyahu dan pesaingnya, Benny Gantz, menyetujui pembentukan kabinet gabungan yang berisi 36 menteri dan 16 wakil menteri. Keduanya sepakat pada April lalu untuk mengesampingkan perbedaan untuk bersama-sama membawa perekonomian Israel keluar dari krisis akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Mereka juga membuat kesepakatan yang dinilai kontroversial, yakni bergantian mengisi posisi perdana menteri dan perdana menteri alternatif masing-masing dalam jangka waktu 18 bulan. Netanyahu yang akan mengisi masa kepemimpinan pertama.

Gantz juga dilantik untuk mengisi posisi perdana menteri alternatif selepas Netanyahu.

Celah hukum itu dimanfaatkan keduanya setelah Jaksa Agung Israel menyatakan tidak ada aturan yang bisa menghalangi mereka menjalankan kesepakatan tersebut.

Netanyahu dan Gantz juga menyatakan koalisi mereka akan mendapat jatah kursi menteri dengan jumlah yang sama, dan masing-masing mempunyai kekuatan veto untuk menolak keputusan yang dinilai berpengaruh besar.

Meski begitu, pemerintahan Netanyahu dan Gantz dikritik lantaran kabinet yang dinilai terlampau gemuk, padahal di saat yang sama tingkat pengangguran di Israel meningkat 25 persen akibat dampak pandemi virus corona.

Sejumlah anggota senior Partai Likud yang mengusung Netanyahu sempat mengancam akan mencabut dukungan karena tidak diberi posisi di kabinet. Alhasil, Netanyahu memutuskan untuk membuat sejumlah kementerian baru yakni menteri pengembangan masyarakat, menteri urusan pemukiman, menteri pendidikan tinggi dan sumber daya air, serta kementerian penghubung parlemen dan kabinet.

Masing-masing kementerian baru itu diberikan jatah staf, kantor hingga sopir.

Tokoh oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan kesepakatan Netanyahu dan Gantz serta pembentukan pos kementerian baru melukai kepercayaan masyarakat Israel.

“Virus corona cuma alasan bagi partai korup untuk menghabiskan uang rakyat. Setelah omong kosong soal ‘pemerintahan darurat’, pemerintahan yang dibentuk hari ini adalah yang paling gemuk dan paling sia-sia sepanjang sejarah negara ini,” kata Lapid.

Lapid yang mulanya bersekutu dengan Gantz kini pecah kongsi. Sebab, Gantz pernah berjanji tidak akan mau berada di dalam pemerintahan Netanyahu yang menjadi tersangka korupsi dan mulai menjalani persidangan pekan depan.

Gantz menyatakan bersedia bersekutu dengan Netanyahu dengan alasan hal ini adalah jalan terbaik supaya Israel tidak terjerumus dalam krisis.

“Masyarakat menginginkan pemerintahan gabungan dan inilah yang mereka dapatkan. Kami memutuskan mengabdi bersama untuk negeri,” ujar Gantz.

Sambil menunggu giliran masa jabatan sebagai perdana menteri, Gantz diberi posisi sebagai menteri pertahanan Israel.

Jika sudah tiba masanya, Netanyahu akan menjabat posisi perdana menteri alternatif. Hal itu membuat dia tetap menjabat di dalam pemerintahan dan bisa berlindung di balik jabatannya selama proses persidangan kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya berlangsung hingga banding.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia