JAKARTA – Sektor properti menjadi salah satu indeks sektoral yang ‘terpukul’ di tengah pandemi virus corona.

Founder sekaligus analis Ellen May Institute Ellen May menyebut emiten yang bergerak di bidang real estate yang paling babak belur mengingat lesunya transaksi jual-beli perumahan saat ini.

Dia mengambil contoh PT Bumi Serpong Damai Tbk yang mencatat penurunan tajam pada kinerja kuartal I 2020.
 Pendapatan emiten berkode BSDE untuk kuartal pertama 2020 rontok 57,1 persen jika dibandingkan kuartal IV 2019. Sementara, secara tahunan atau YoY penurunan tercatat sebesar 8,2 persen.

Penurunan pendapatan dipicu oleh meredupnya penerimaan pada seluruh segmen bisnis dari penjualan tanah, bangunan, dan strata. Perusahaan mencatatkan penurunan penjualan sebesar Rp1,1 triliun atau turun 4,17 persen yoy.

“Jumlah ini setara dengan 76,4 persen dari total pendapatan,” ucap Ellen May dalam keterangan resmi, Jumat (15/5).

Sementara, laba bersih BSDE pada kuartal I 2020 tercatat turun dari Rp699 miliar menjadi Rp259,6 miliar atau turun 62,8 persen, sementara perbandingan yoy menunjukkan penurunan 58,9 persen.

Penurunan laba bersih disebabkan beban bunga diskonto penjualan yang baru muncul pada kuartal I 2020 sebesar Rp115,1 miliar. Kondisi tersebut diperparah dengan penurunan laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura seperti PT Plaza Indonesia Mandiri yang mencatatkan kerugian sebesar Rp22,5 miliar.

Utang berbunga pun tercatat naik dari Rp13,5 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp20,05 triliun pada kuartal I 2020.

“Sehingga kami kurang mereferensi saham ini untuk berinvestasi jangka panjang,” papar Ellen May.

Senada dengan pernyataan Ellen, laporan terbaru JLL Global Capital Flows menunjukkan volume transaksi real estate Asia Pasifik turun sebesar 26 persen menjadi US$34 miliar pada kuartal I 2020.

CEO Capital Markets Asia Pasifik JLL Stuart Crow mengungkapkan penurunan volume transaksi di Asia Pasifik memang sudah dapat diperkirakan sejak melihat situasi pandemi covid-19.

“Banyak investor telah menghentikan aktivitas karena kondisi ekonomi yang tidak menentu dan banyak kesepakatan bisnis yang terpengaruh. Kami melihat penurunan aktivitas ini berlanjut ke kuartal II, dengan volume perdagangan yang cenderung bangkit kembali dan menguat di paruh kedua tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (12/5).

Dampaknya di dalam negeri telah dirasakan sampai ke karyawan di sektor terkait. Ketua Bidang Properti Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar menyebut sekitar 30,34 juta karyawan yang bekerja di industri properti dan turunannya terancam dirumahkan dan bahkan kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi covid-19.

Sanny menjelaskan perkiraan dibuat berdasarkan hasil kajian terbatas Kadin, Apindo dan Real Estate Indonesia (REI). Hasil kajian menunjukkan jika industri properti dan turunannya terganggu akibat corona, maka 30,34 juta pekerja akan terdampak.

Jumlah pekerja tersebut berasal dari dua sumber. Pertama, sebanyak 19,17 juta pekerja dari sektor properti. Kedua, sebanyak 11,18 juta pekerja dari industri terkait sektor properti.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia