Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai menguat dalam sepekan ini. Hal tersebut utamanya didorong oleh masuknya aliran modal asing ke Indonesia.

Dari data Financial Times, rupiah pagi tadi menguat ke Rp 14.880 per dolar AS. Bahkan kemarin rupiah mencapai Rp 14.840 per dolar AS.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Jumat (15/5), penguatan rupiah didorong oleh aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik. Sejak 11-14 Mei 2020, total inflow mencapai Rp 4,17 triliun (net).

Secara rinci, modal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 7,21 triliun. Namun di pasar saham masih mencatatkan outflow Rp 3,04 triliun.

Meski demikian, sejak awal tahun ini hingga 14 Mei 2020, aliran modal asing masih keluar atau ouflow sebesar Rp 166,68 triliun.

Rupiah diperkirakan akan terus menguat. Sejalan dengan rendahnya laju indeks harga konsumen.

Direktur Eksekutif Dkom, Onny Widjanarko.

Bank sentral memproyeksi selama Mei 2020 akan terjadi deflasi 0,04 persen secara bulanan (mtm), lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 0,08 persen (mtm).

“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu kedua Mei 2020, perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 diperkirakan deflasi 0,04 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,80 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,08 persen (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangannya.

Sektor bahan makanan menjadi penyebab utama deflasi. Komoditas telur diperkirakan memiliki andil deflasi hingga 0,09 persen, bawang putih 0,05 persen, cabai merah 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, dan emas perhiasan 0,02 persen.

Namun ada juga komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan harga di bulan ini dan menyumbang inflasi. Di antaranya daging ayam ras dengan andil inflasi 0,03 persen, tarif angkutan udara 0,03 persen, serta udang dan ikan sebesar 0,01 persen.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan