JAKARTA – Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Bidang Penelitian Translasional, David Handojo Muljono menyatakan mutasi virus corona SARS-CoV-2 berlangsung cepat.

“Mutasi virus ini memang terjadi cepat. Jadi, sambil menginfeksi, dia juga bermutasi,” ujar David dalam diskusi virtual, Kamis (14/5).

David menuturkan mutasi yang terjadi pada virus SARS-CoV-2 berupa polimorfisme atau perubahan nukleotida dalam urutan genom. Seperti flu, dia berkata mengalami perubahan komposisi dan persentase susunan seiring perubahan waktu dan geografi.

Dalam informasi yang tersedia di GISAID, David berkata sudah ada tiga tipe virus SARS-CoV-2, yakni g, c, dan v. Di luar itu, dia menyebut ada daerah yang belum terklasifikasi.

“Ini yang menyebabkan bahwa virus itu bisa berubah pada saat dia melewati host yang lain, satu host ke host yang lain, mungkin bisa,” ujarnya.

Lihat juga: Ahli Jelaskan Kenaikan 40 Ribu Positif Corona RI di Juni 2020

“Saya ambil contoh WHO menganjurkan vaksin flu di update setiap dua tahun. Kerana kemungkinan jumlah persentase kesamaan virus untuk flu sudah beda,” ujar David.

Di sisi lain, David mengingatkan virus SARS-CoV-2 adalah virus RNA. Dalam sebuah perbincangan dengan peneliti China, dia menyebut SARS-CoV-2 bisa mengalami genetic drift. Atas dasar itu, David mengatakan antibodi warga Indonesia belum tentu bisa dengan sempurna untuk menangkal virus corona yang sudah bermutasi.

“Di mana virus yang sudah berkembang jauh di sana kalau kembali lagi ke sini (China) itu belum tentu sama dan belum tentu antibodi yang kita miliki bisa dapat sempurna menangkal,” ujarnya.

Lebih dari itu, David menyatakan pasien meninggal bukan karena virus SARS-CoV-2. Melainkan akibat sistem imun yang tidak terkendali dipicu oleh kehadiran virus SARS-CoV-2.

“Sehingga ini menjadi tantangan. Obat-obatan yang diberikan juga harus kombinasi,” ujar David.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia