JAKARTA – Setelah eucalyptus, berbagai tanaman herbal lain diklaim berpotensi untuk meningkatkan imunitas tubuh. Saat ini salah satu tanaman herbal yang dianggap berpotensi untuk menghambat infeksi virus corona adalah jamur Cordyceps.

Guru Besar Fakultas MIPA dan Pakar Biomolekuler Universitas Brawijaya, Prof. Widodo mengatakan jamur ini punya struktur yang berpotensi menghambat replikasi virus corona secara langsung.

Dalam diskusi kekuatan bahan alami untuk perkuat imunitas tubuh, Widodo, mengungkapkan jamur ini sudah lama digunakan sebagai herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

“Sudah lama dipakai masyarakat khususnya di Tibet, China, Korea, karena keunggulannya memiliki beberapa senyawa aktif yang bekerja sistemik. Ada yang antiviral berdasarkan studi metadata, strukturnya memiliki kesamaan dengan senyawa antivirus,” katanya dikutip dari Antara.

Jamur ini diklaim juga bisa menghambat munculnya badai sitokinin dalam tubuh karena mengandung senyawa antiinflamasi di dalamnya. Jamur Cordyceps ini juga dipercaya sejak lama untuk meningkatkan kemampuan pernapasan atau baik untuk orang yang mengalami gangguan pernapasan.

Jamur ini akan diuji coba kepada pasien covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran. Panglima Komando Wilayah Pertahanan I (Pangkogab Wilhan) Laksamana Madya TNI Yudo Margono pihaknya akan melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum jamur tersebut diberikan kepada pasien. Koordinasi ini kata dia akan dilakukan bersama dengan pihak LIPI dan Kementerian Kesehatan.

Hanya saja sampai saat ini, meski jamur Cordyceps ini sudah lama digunakan masyarakat untuk mengatasi masalah pernapasan, belum ada bukti klinis soal kemampuan antivirus jamur Cordyceps, khususnya untuk mengatasi corona.

Dokter umum MRCCC Siloam Semanggi Vania Triyani mengungkapkan jenis jamur ini memang memiliki banyak efek positif, namun masih butuh banyak pengujian dan penelitian untuk mengklaim jamur ini bisa mengobati infeksi virus corona.

“Mungkin salah satu yang berhubungan sama Covid-19 ini immunomodulator-nya (membantu mengontrol imunitas tubuh),” katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/5).

“Cuma ya sekali lagi, efeknya baru pada sebatas penelitian di hewan coba dan belum ada di manusia. Nah apalagi kalo berhubungan sama covid yang sampai sekarang aja belum ada penelitian yang cukup baik untuk memberikan rekomendasi pengobatan.”

Ditambahkan dia, dalam prosedur umum untuk penentuan obat (kimia) yang memiliki potensi terapeutik butuh waktu lama untuk bisa sampai dapat approval dan cukup evidence untuk jadi standard of care.

“Apalagi fitofarmaka (tanaman berkhasiat sebagai obat) seperti ini, karena proses ekstraksi, kadar konsentrasi bahan aktif nya bisa beda-beda tiap batch-nya. yang susah dari fitofarmaka susah menjaga konsistensi dari kandungan bahan aktifnya.”

Terkait pengobatan infeksi saluran pernapasan dengan jamur ini, dia juga menambahkan bahwa di dunia medis barat, jamur tersebut belum menjadi standard of care, melainkan jadi obat di pengobatan China.

“Sekarang lagi tren banget yang namanya integrative medicine, menggabungkan west dan eastern medicine. Hanya saja enggak dipakai semua orang.”

Jamur ini merupakan genus jamur parasit yang tumbuh pada larva serangga. Ketika jamur menyerang inangnya, jamur ini akan menginvasi jaringan tubuh inang dan tumbuh panjang di luar tubuh inang.

Dari lebih dari 400 spesies Cordyceps yang ditemukan, dua telah menjadi fokus penelitian kesehatan yaitu Cordyceps sinensis dan Cordyceps militaris.

Disclaimer: penelitian ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut dan mendalam sebelum bisa ditetapkan sebagai obat untuk mengatasi infeksi corona. WHO dan Kemenkes hingga saat ini belum merekomendasikan obat tertentu untuk penyembuhan Covid-19.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia