JAKARTA – Perusahaan aplikasi penyedia transportasi asal San Francisco, California, Uber mencatat rugi US$ 2,9 miliar setara Rp 43 triliun (kurs Rp 14.890/ dolar US) pada kuartal I-2020. Meskipun pendapatan dibukukan naik 14% dengan total US$ 3,5 miliar (Rp 52 triliun).

Tahun lalu Uber juga telah merugi hingga US$ 1 miliar (Rp 14 triliun). Pandemi Corona turut mempengruhi saham Uber yang terus naik dan turun.
Sahamnya sempat turun hingga 3% lalu naik 9%. Kini saham Uber ditutup 11% dalam perdagangan Kamis waktu setempat.

Demi menekan pengeluaran yang diiringi menurunnya permintaan konsumen Uber mem-PHK 3.700 pekerja paruh waktu atau sekitar 14% dari total stafnya.

CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan penurunan drastis dialami pada jasa taksi online, anjlok hingga 80%. Namun Uber mengalami kenaikan pada jasa antar lain, yakni antar makanan. Pengirimannya naik 76%, yang dijadikan peluang besar bagi perusahaan di tengah krisis.

Saingannya, Lyft, mengumumkan penurunan yang signifikan pekan lalu memaksa perusahaan memangkas 1.000 pegawai.

Kedua perusahaan jasa transportasi ini memiliki sejarah kerugian yang curam dan mengalami PHK sebelum pandemi. Secara total, Uber kehilangan US$ 8,5 miliar (Rp 126 triliun) pada tahun 2019.

Editor: PARNA
Sumber: detikfinance