Pemeriksaan swab dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk deteksi COVID-19 di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Batam terkendala reagen yang dipesan tak kunjung didistribusikan.

Hal ini diungkapkan juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kepri, Tjetjep Yudiana. Ia mengatakan, jika pihaknya telah memesan sebanyak 20 ribu reagen untuk dipergunakan tim BTKLPP di Batam.

“(Reagen) itu dibutuhkan segera agar seluruh swab dapat dideteksi apakah positif COVID-19 atau tidak,” ujarnya Tjetjep dalam keterangan yang dirilis Kominfo Kepri, Senin (27/4).

Ia menjelaskan, sebelumnya pihak produsen reagen telah berjanji akan mendistribusikan reagen tersebut pekan lalu. Namun hingga Minggu, (26/4) pesanan tersebut belum jelas.

Sejauh ini, reagen yang digunakan oleh tim BTKLPP saat ini hanya ada sekitar 200 reagen yang merupakan kiriman rutin Kementerian Kesehatan.

Sedangkan saat ini pula, Tjetjep menyebutkan jika yang dibutuhkan lebih dari itu, agar seluruh swab yang dikirim dapat dites PCR.

“Pasien dan tim medis butuh jawaban secepatnya,” jelasnya.

“Kami juga sudah meminta bantuan kepada Kemenkes agar reagen untuk Kepri disediakan lebih banyak atau sesuai kebutuhan. Kemenkes memberi sinyal positif,” tambah dia.

Tjetjep menerangkan, biaya pemeriksaan atau tes PCR itu lumayan tinggi. Kata dia, reagen yang dipesan sebanyak 20 ribu itu dengan total harga Rp 6 miliar.

Oleh karena itu, ia berharap pemeriksaan swab dapat dilakukan seoptimal mungkin dan efisien.

“Dalam kondisi normal, sehari bisa 100 spesimen pasien COVID-19 yang dites menggunakan PCR,” papar Kadinkes Kepri itu.

Diketahui, saat ini di Provinsi Kepri memiliki dua alat PCR di BTKLPP Batam yang merupakan sumbangan Pemerintah Singapura. Sebenarnya, RSUP Kepri di Tanjungpinang memiliki PCR namun belum dapat dipergunakan karena belum bersertifikasi.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan