JAKARTA – Tantangan untuk ilmuwan dan dokter menangani pandemi COVID-19 makin menjadi-jadi. Virus Corona ternyata sudah menjelma jadi 3 varian.

Hal ini diungkapkan tim ilmuwan yang dipimpin Dr Peter Forster, pakar genetika dari University of Cambridge. Dalam riset yang diterbitkan Proceeding of the National Academy of Science USA (PNAS), Forster dan tim mengungkapkan kalau virus corona sudah berketurunan.

Dilihat langsung detikInet, Senin (13/4/2020) risetnya berjudul ‘Phylogenetic Network Analysis of SARS-CoV-2 Genomes’. Forster dan tim melakukan pengusutan genome pada virus Corona untuk menyusun pohon silsilah keluarganya.

“Teknik ini dikenal untuk memetakan pergerakan populasi manusia prasejarah lewat DNA. Ini baru pertama kali dipakai untuk melacak jalur infeksi virus Corona seperti COVID-19,” kata Forster dilansir Metro Inggris.

Mereka memakai 160 genomes virus Corona dari seluruh dunia dalam periode Desember 2019-Maret 2020. Tim menemukan 3 varian dengan perubahan asam amino. Mereka namakan Varian A, B dan C.

Varian A adalah yang paling tua dan dekat dengan virus corona kelelawar. Varian B adalah keturunan dari Varian A, dan Varian C adalah keturunan dari Varian B. Nah, lokasi penemuan ini juga unik.

Varian A punya cluster di Wuhan, Amerika dan Australia. Namun varian paling banyak di Wuhan justru adalah Varian B bukan Varian A. Amerika dan Australia malah ketularan Varian A yang artinya adalah varian pertama. Forster mengungkapkan sampel pasien Amerika ini pernah tinggal di Wuhan. Ada kemungkinan, Amerika dan Australia adalah negara yang duluan ketularan di luar China.

Varian B menular ke berbagai kota di China, negara tetangga Asia, lalu menular ke Eropa, antara lain Inggris, Prancis, Jerman. Sedangkan Varian C justru tidak ada di China, tapi ditemukan di Singapura lalu menular ke Italia. Varian C juga ditemukan di Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan.

Sayang, sepertinya sampel dari Indonesia tidak jadi bagian dari penelitian tim ini. Jadi, belum terungkap dari negara mana virus corona di Indonesia berasal.

160 Sampel tentu jumlah yang kecil dibandingkan perkembangan terbaru virus Corona. Diberitakan Daily Mail, tim ini sedang memperbarui data mereka seiring makin banyak kasus COVID-19 terungkap.

Tim ilmuwan ini berharap, penelitian mereka berguna untuk melacak penyebaran virus Corona. Pada akhirnya nanti ini bisa membantu mencegah penyebaran lebih luas dan membantu penyembuhan jika vaksin telah ditemukan.

Editor: PARNA
Sumber: detikinet