JAKARTA – Pandemi virus Corona telah menyerang berbagai sektor industri di dunia, salah satunya industri ritel. Perusahaan fashion di seluruh dunia telah ditutup sementara karena pemerintah berupaya mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19).

Selain itu, ketika semua orang berhenti berbelanja di toko. Pembelian online juga ikut menurun. Bisnis fashion tahun ini dilaporkan mengalami penurunan hingga 30%.

Menurut laporan Business of Fashion dan perusahaan konsultan McKinsey & Company yang rilis, Rabu (8/4/2020). Mensurvei ada 1.400 perusahaan profesional fashion, yang akan mengalami penurunan hingga 40%.

Survei juga melaporkan 80% perusahaan di antaranya akan mengalami kesulitan keuangan pada tahun ini. Serta sebagian akan mengalami kebangkrutan jika toko harus tetap tutup.

Banyak karyawan perusahaan fashion yang dirumahkan sementara dan banyak di antaranya mengalami kesulitan ekonomi. Toko fashion terpaksa ditutup karena virus Corona membuat investor dan konsumen takut keluar rumah.

CEO Business of Fashion Imran Amed meminta perusahaan untuk bekerja sama untuk memperbaiki industri ritel setelah pandemi Corona ini mereda.

“Tidak ada perusahaan yang akan melewati pandemi sendirian, para perusahaan perlu bekerja sama dalam berbagi data dan wawasan untuk bangkit kembali dari keterpurukan krisis ekonomi,” kata Amed. Dilansir dari CNN, Kamis (9/4/2020).

“Perusahaan disarankan tetap berjuang menghindari percepatan penurunan perusahaan selama pandemi,” kata laporan itu,

Namun, tidak semua mengalami penurunan. H&M (HNNMY) dan Nike (NKE) baru-baru ini mengatakan bahwa penjualan mulai meningkat lagi di Asia.

CEO Nike, John Donahoe mengatakan dia memiliki pedoman serta tips bagi perusahaan ritel yang mengalami krisis ekonomi akibat pandemi Corona.

Editor: PARNA
Sumber: detikfinance