JAKARTA – Perhatian terhadap kesehatan mental bukan hanya penting untuk orang dewasa, melainkan anak-anak. Apalagi di tengah kondisi pandemi virus corona. Wabah ini masih terus berkembang, dan setiap orang mau tak mau dihadapkan pada ketidakpastian situasi.

Di berbagai negara dengan kasus positif Covid-19, demi menekan laju penyebaran virus, warga mulai mengambil keputusan mengisolasi diri untuk sementara. Tentu saja anak-anak termasuk di dalamnya. Anak, mengikuti keputusan yang diambil para orang tua.

Tentu saja rasa tertekan atau juga stres karena harus tetap tinggal di rumah, boleh jadi juga dialami anak. Namun sayangnya, kebanyakan orang dewasa belum memperhatikan soal ini. sekalipun tanda-tanda mulai jelas terlihat.

“Saat stres dan rutinitasnya terganggu, normal bagi orang dari segala usia mengalami tanda-tanda kepayahan. Untuk anak-anak kecil, bisa ditunjukkan misalnya dengan meningkatnya rasa manja, tangisan, mimpi buruk atau juga amarah,” tutur dokter Tali Raviv, direktur Pusat Ketahanan Anak di Ann & Robert H. Laurie Chicago seperti dikutip Medical Daily.

Selain itu, Anda juga dapat mengamati, misalnya jika ada perilaku bocah yang kembali ke masa kecilnya seperti mengisap jempol atau mengompol. Ini juga bisa menjadi tanda anak mulai stres.

Sementara pada remaja atau anak dengan usia yang lebih besar, stres bisa dilihat dari perubahan fisiologis. Beberapa pertanda misalnya tak bersemangat, nafsu makannya berkurang atau pola tidurnya terganggu.

Tetapi stres pada anak kadang juga bisa mengakibatkan sakit kepala atau sakit perut. Bahkan, bisa sampai ke perubahan cara berpikir misalnya jadi pelupa atau menjadi tidak perhatian dan kurang waspada.

Namun begitu di sisi lain, dalam situasi isolasi mandiri ini, remaja akan lebih khawatir dengan kehidupan sosial mereka ketimbang kesehatan atau masa depan.

Sementara masing-masing anak menunjukkan gejala kelelahan atau rasa bosan di tengah pandemi ini, orang tua yang memiliki anak dengan rekam jejak gangguan kesehatan mental perlu mencatat perkembangan harian. Amati anak dengan teliti.

Raviv juga menyarankan orang tua untuk memantau dan mencatat setiap peningkatan gejala.

Kendati begitu ia merasa agak lega, sebab menurutnya saat ini sebagian anak muda mulai cakap menghadapi trauma dan mengelolanya. Tapi memang untuk anak kecil belum mampu melakukannya. Itu sebab, orang tua harus dan perlu memantau setiap saat serta peka terhadap perkembangan kesehatan mental anak.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia