JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan ada keterbatasan fasilitas dalam pembelajaran daring (online learning) saat wabah Covid-19. Pihaknya pun meminta guru untuk berkreasi sesuai kondisi daerahnya.

Kemendikbud mencatat setidaknya ada 166 pemerintah daerah yang sudah merumahkan siswanya untuk menekan penyebaran wabah Covid-19.

“Memang enggak semua daerah punya akses smartphone. Jadi ini merupakan suatu hal yang challenging. Tapi kami komitmen kerja sama ke depan memastikan seluruh sekolah-sekolah online learning,” tuturnya melalui konferensi video, Selasa (24/3).

“Tentu ini bukan situasi ideal tapi [keadaan sekarang] darurat. Dan karena itu saya mengerti tidak semua pembelajaran akan optimal. Tapi semuanya sedang belajar bersama adaptasi dengan situasi seperti ini,” tambahnya.

Ia pun menekankan pembelajaran jarak jauh tak harus selalu menggunakan internet, terlebih dalam kondisi darurat saat ini. Kreativitas, kata dia, jadi kuncinya.

“Ada beberapa hal yang kepala sekolah dan guru terpaksa kreatif, untuk bisa menangani keterbatasan. Apalagi di daerah yang tidak punya akses,” ungkapnya.

“Banyak guru-guru, sekolah-sekolah yang melakukan berbagai macam cara kreatif. Project bisa diantar untuk diambil atau dijemput dengan kurir,” tuturnya.

Dalam kesempatan terpisah, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbud Harris Iskandar berpendapat guru tak mesti terpaku pada pembelajaran daring dan pemberian tugas.

Guru dan sekolah, kata Harris, harus kreatif dalam mengekplorasi cara belajar siswa. Terlebih, karena banyak kendala fasilitas teknologi dan koneksi internet.

“Oleh karena itu jangan hanya fokus pencapaian kurikulum, hanya memetakan pembalajaran di rumah, Jadi harus lebih kreatif, kami sarankan pendidikan kecakapan hidup coba dieksplor. Jadi tidak mesti harus [belajar secara] daring,” ungkapnya melalui diskusi dengan konferensi video.

Ia mencontohkannya dengan memberikan proyek eksploratif membuat hand sanitizer. Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama guru dari berbagai mata pelajaran terkait, seperti Biologi, Kimia, hingga Matematika.

Kemendikbud sendiri sudah memiliki portal belajar daring melalui Rumah Belajar Kemendikbud. Harris mengatakan bagi siswa yang terkendala fasilitas karena tidak punya gawai untuk mengakses portal, guru bisa melengkapi keterbatasan dengan mengunduh materi secara offline.

“Dengan Rumah Belajar guru bisa download dulu [materi belajar] dan dibagikan ke siswanya. Jadi ini para pendidik harus beradaptasi dengan keadaan masing-masing,” tambahnya.

Lebih lanjut, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbud, Praptono, menyebut momentum belajar dari rumah ini bisa digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih kreatif.

“Tentu ini sesuatu yang mendadak untuk pembelajaran online. Nah, tentu ini menjadi peluang diharapkan Pak Harris bahwa Covid-19 jadi momen guru pendekatan belajar menuju ke arah yang selama ini diharapkan,” tuturnya.

Pihaknya pun kini tengah mempersiapkan portal untuk membimbing guru dalam melakukan pembelajaran daring.

Nadiem Sebut Ponsel Terbatas, Guru Diminta Kreatif
Plt. Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud Gogot Suharwoto mengatakan Dinas Pendidikan juga punya andil kuat terkait pembelajaran yang belum maksimal saat wabah Corona. Menurutnya, arahan dari Disdik terhadap sekolah terkait pembelajaran di rumah belum jelas.

“Keluhan sekarang guru tidak siap dengan kondisi sekarang ini. Kepala Dinas Pendidikan surat edarannya harus detil. Selama ini tidak spesifik apa yang harus dilakukan guru, orang tua, siswa. Karena guru kalo SE enggak bunyi, ya mereka diem aja. Jadi kreativitas harus dipacu bukan mendikte, tapi kalau SE terlalu singkat mereka nge-blank,” jelasnya.

Diketahui, sejumlah daerah memutuskan merumahkan siswa, guru, hingga tenaga kependidikan akibat pandemi Virus Corona. Kegiatan belajar dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan fasilitas daring.

Namun masih banyak sekolah yang tak bisa mengakses portal daring karena keterbatasan fasilitas. Sejumlah sekolah memilih menggunakan jejaring Whatsapp sebagai medium belajar. Bagi yang tak memiliki fasilitas jaringan, sistem belajar dilaukan lewat pemberian tugas.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku dapat banyak keluhan terkait pemberian tugas dari sekolah yang bertumpuk. Akhirnya membuat siswa stres dan kewalahan. KPAI menduga hal ini terjadi karena belum ada pemahaman guru terkait pembelajaran jarak jauh.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia