JAKARTA – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, tetap menolak bantuan yang ditawarkan Amerika Serikat untuk melawan pandemi virus corona di negaranya.

Dia menuduh virus itu justru sengaja dibuat oleh Amerika Serikat.

“Kemungkinan bantuan obat-obatan adalah cara untuk membuat virus tersebut menyebar lebih luas,” kata Khamenei, seperti dilansir Associated Press, Minggu (22/3).

“Mungkin mereka (AS) ingin datang ke sini untuk melihat secara langsung dampak dari racun yang mereka buat, sejak sebagian virus tersebut memang dibuat untuk Iran,” ujar Khamenei.

Khamenei menyampaikan hal itu dalam pidato untuk memperingati Tahun Baru Persia, Nowruz, yang disiarkan secara langsung. Akibat tingginya tingkat penularan dan kematian akibat virus corona di Iran, Khamenei tahun ini tidak mengunjungi makam Imam Reza untuk berziarah dan memanjatkan doa.

Sampai saat ini belum ada yang bisa membuktikan bahwa virus corona sengaja dibuat sebagai senjata biologis.

Isu tersebut disampaikan oleh juru bicara pemerintah China, Lijian Zhao, melalui cuitan di Twitter. Dia menuduh virus corona dibuat oleh Angkatan Darat AS.

Meski begitu, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa virus tersebut adalah senjata biologis.

Di sisi lain, korban meninggal akibat virus corona di Iran terus bertambah. Hari ini tercatat ada 129 orang wafat usai terinfeksi virus corona di negara itu.

Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Iran kini mencapai 1.685 orang, dari 21.638 kasus.
Korban Corona Terus Bertambah, Iran Tetap Tolak Bantuan ASPetugas menyemprotkan disinfektan di dalam transportasi umum di Iran. (AP/Alireza Mohammadi)
Menurut Juru Bicara Menteri Kesehatan Iran, Kianoush Jahanpour, sekitar 68 persen korban meninggal akibat virus corona di Iran berusia di atas 60 tahun.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang yang terinfeksi virus corona dengan tingkat sedang seperti mengalami demam dan batuk bisa pulih dalam waktu dua pekan. Sedangkan mereka yang terpapar lebih berat baru bisa sembuh dalam waktu tiga sampai enam pekan.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia