Senin, 9 Maret 2020, Pemerintah Italia resmi mengisolasi seluruh warganya. Sekitar 60 juta penduduk yang hidup di sana terkunci akibat melonjaknya jumlah kasus virus corona.

Dalam waktu kurang dari sebulan, Italia menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi setelah China, di mana angka itu berkembang pesat dari tiga kasus menjadi 9.172 kasus dengan korban jiwa mencapai 463 kematian. Itu juga membuat Italia menjadi negara dengan tingkat kematian di atas rata-rata 4 persen.

“Kita semua harus menyerahkan sesuatu demi kebaikan Italia. Tidak ada lagi waktu,” ujar Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti dikutip dari TIME.

Belum diketahui sampai kapan pemerintah Italia memberlakukan isolasi skala nasional ini. Meski begitu, Conte mengatakan isolasi ini kemungkinan akan berlangsung hingga 3 April 2020 mendatang.

Ada beberapa faktor mengapa kasus virus corona di Italia bisa berkembang sangat masif. Berikut penjelasannya.

Bagaimana virus SARS-CoV-2 menyebar di Italia?

Kasus virus corona di Italia pertama kali dikonfirmasi pada 20 Februari 2020, saat seorang pria berusia 38 tahun memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit di kota Codogno, Lombardy. Berdasarkan hasil uji lab, pria itu positif virus corona SARS-CoV-2, sekaligus menjadi orang pertama yang tercatat sebagai pasien COVID-19 di Italia.

Virus Corona di Italia

Beberapa pejabat kesehatan di sana percaya, wabah sebenarnya jauh lebih dulu datang ke Italia sebelum kasus pertama ditemukan. Ini diungkapkan oleh Flavia Riccardo, seorang peneliti di Departemen Penyakit Menular di Institut Kesehatan Nasional Italia.

“Virus ini mungkin telah menyebar selama beberapa waktu. Ini tepat ketika kami mengalami puncak influenza dan orang-orang menunjukkan gejala influenza,” ujar Riccardo, kepada TIME.

Menurut kepala bangsal darurat, Stefano Paglia, sebelum kasus pertama dilaporkan, telah terjadi sejumlah kasus pneumonia yang luar biasa tinggi di sebuah rumah sakit di Codogno, Italia utara. Seolah-olah mereka terkena wabah flu musiman. Fasilitas kesehatan yang menampung para pasien sangat berpotensi menjadi pusat wabah, membantu menyebarkan patogen berbahaya.

Kota Veneto dan Emilia-Romagna, sebuah daerah di wilayah utara Lombardy, saat ini menjadi tempat yang paling parah terkena dampak virus corona. Di mana 85 persen pasien yang terinfeksi berada di utara Lombardy dan menyumbang 92 persen kematian sejauh ini. Kini, virus corona telah dikonfirmasi menyebar di 20 wilayah negara Italia.

Mengapa kasus positif dan kematian corona di Italia sangat tinggi?

Ini tak lain karena penyebaran virus yang tidak terdeteksi. “Ini mulai tanpa disadari, yang berarti pada saat kami menyadarinya, ada banyak rantai transmisi yang telah terjadi,” ujar Riccardo.

Beberapa pejabat percaya, jumlah kasus COVID-19 di Italia jauh lebih banyak dari yang tercatat, sekitar 42.000 orang. Italia juga melaporkan tingkat kematian rata-rata di atas 4 persen, di mana pasien yang meninggal didominasi para lansia dengan usia di atas 81 tahun.

Jumlah itu diprediksi akan meningkat, karena populasi lansia di Italia jauh lebih banyak ketimbang negara Eropa lainnya. “Italia adalah negara tertua di benua tertua di dunia,” papar Lorenzo Casani, direktur kesehatan di sebuah klinik untuk orang tua di Lombardy, dilansir TIME.

Casani mengatakan, tingkat kematian di Italia mungkin akan melonjak dari sebelumnya, karena mereka hanya merawat orang-orang yang mengalami kondisi kritis, terutama di Italia utara.

Menurut sebuah laporan platform pemantauan udara Swiss IQAir, 24 dari 100 kota paling berpolusi di Eropa berada di Italia. Ini artinya, tingkat kematian meningkat sebagai akibat dari pengaruh polusi dan virus yang menyerang saluran pernapasan manusia.

Apakah pemerintah Italia siap menghadapi wabah?

Wabah virus corona yang menyerang Italia memang telah mengejutkan banyak pihak. Mengingat pemerintah di sana sangat gencar melakukan pencegahan penyebaran virus. Sebulan sebelum kasus pertama dilaporkan, Kementerian Kesehatan Italia telah membentuk satgas penanganan virus corona. Italia bahkan menjadi negara Uni Eropa pertama yang memberlakukan pelarangan penerbangan ke dan dari China.

Virus Corona di Italia-Duomo Square

 

Bagaimanapun, larangan penerbangan membuat para pelancong yang ingin pergi ke Italia memutar otak. Mereka datang menggunakan penerbangan lain dengan tidak mengungkap di mana mereka pertama kali melakukan perjalanan. Beberapa ahli bahkan meyakini virus corona telah menyebar sebelum pemerintah Italia melakukan serangkaian pencegahan.

Bagaimana tanggapan pemerintah Italia sekarang?

Pemerintah Italia telah mengambil langkah ekstrem untuk memutus mata rantai penyebaran virus di negaranya. Di bawah undang-undang isalolasi baru, orang-orang yang berpergian ke luar kota atau luar negeri akan dikenakan denda. Semua acara yang melibatkan orang banyak dilarang, seluruh sekolah di Italia diliburkan, ruang publik seperti gedung olahraga, teater, bioskop, dan ruang publik lainnya ditutup.

Orang-orang yang tidak ingin diisolasi akan dihukum tiga bulan penjara atau denda sebesar 234 dolar AS atau setara dengan Rp 3,6 juta. Aturan baru ini juga melarang orang-orang mengunjungi kerabatnya yang dipenjara, memicu protes di 27 lembaga permasyarakatan di seluruh Italia.

Kendati begitu, banyak yang memuji tindakan Italia. Salah satunya adalah Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang melontarkan pujiannya lewat cuitan di Twitter. “Langkah berani, dan tulus untuk membuat pengorbanan,” tulisnya.

Namun beberapa pakar penyakit menular dan kesehatan masyarakat mengkhawatirkan dampak dari isolasi tersebut.

“Langkah-langkah ini mungkin akan memiliki dampak jangka pendek. Jika mereka tidak dapat bertahan untuk jangka panjang, semua yang dilakukan hanyalah menunda penyebaran wabah untuk sementara waktu,” ujar John Edmunds, seorang profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine, kepada Reuters.

Bagaimana sistem perawatan kesehatan di Italia untuk menangani pandemi?

Layanan Kesehatan Nasional Italia yang dikenal sebagai Servizio Sanitario Nazionale (SSN), menyediakan pengobatan dan perawatan gratis kepada para pasien virus corona, kendati dana yang mereka punya masih kurang untuk menangani masalah ini.

Dengan meningkatnya jumlah kasus virus corona, Kementerian Kesehatan Italia telah menambah jumlah tempat tidur di rumah sakit, terutama di bangsal penyakit menular. Gubernur Lombardy, Attilio Fontana, meminta agar beberapa universitas segera meluluskan para mahasiswa di fakultas kesehatan guna meningkatkan jumlah perawat di Italia. Meski beberapa pejabat khawatir upaya ini tidak akan cukup membantu dalam menangani masalah wabah COVID-19.

“Saat ini di Lombardy, kami tidak memiliki tempat tidur kosong di unit perawatan intensif. Kami harus membuat pilihan yang mengerikan dan memutuskan siapa yang akan bertahan hidup dan siapa yang tidak bertahan hidup,” ujar Casani.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan