JAKARTA – Italia kini menjadi negara kedua terbanyak penyebaran virus corona dengan total 15.100 orang terinfeksi. Lebih dari 1.000 nyawa di antaranya tak dapat diselamatkan.
Eskalasi penularan yang melonjak ini menyebabkan pemerintah setempat mengambil langkah isolasi atau disebut dengan lockdown. Tindakan ini pun menyebabkan beberapa kawasan di Italia menjadi ‘kota mati’ lantaran hampir tidak adanya aktivitas manusia.

Tanpa menyepelekan virus corona, kondisi ini secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap kualitas udara. Dalam gambar satelit yang ditangkap pada hari Jumat lalu terlihat dampak pandemik corona terhadap kualitas udara di Italia.

European Space Agency (ESA) mengatakan berdasarkan pantauannya ada penurunan drastis kandungan nitrogen dioksida yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga, mobil dan pabrik di kawasan Italia bagian Utara.

“Walaupun ada beberapa variasi kecil dalam data akibat paparan awan dan perubahan cuaca, kami sangat yakin bahwa penurunan emisi yang dapat kami lihat saat lokcdown di Italia menyebabkan lebih sedikit aktivitas lalu lintas dan kegiatan industri,” ujar Manager ESA Copernicus Sentinel-5P, Claus Zehner dalam sebuah pernyataan.

ESA mempublikasikan grafik bergerak yang menunjukkan fluktuasi emisi di Eropa dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020. Menggunakan rata-rata pergerakan per 10 hari, animasi itu memperlihatkan penurunan polusi di Italia.

Sebelumnya pola yang sama juga terjadi di China. Sejak pemerintah melarang bepergian dan melakukan karantina, negara tersebut khususnya kawasan terdampak corona mengalami penurunan polusi udara yang signifikan.

Tingkat polusi di langit China menurun hampir seperempatnya atau sekitar 200 juta ton dalam waktu 4 minggu. Angka ini setara dengan dua kali emisi udara yang terkandung di langit Inggris dalam setahun.

Editor: PARNA
Sumber: detikoto