JAKARTA – Observatorium Bosscha mengabarkan puncak fenomena hujan meteor y-Normid (Gamma Normid) akan berlangsung pada 14 Maret 2020. Namun, hujan meteor y-Normid sendiri sebenarnya berlangsung sejak 25 Februari hingga 28 Maret 2020. Staf peneliti Observatorium Bosscha Denny Mandey menuturkan jumlah meteor y-Normid yang terlihat akan lebih banyak pada awal fenomena itu berlangsung.

“Puncak hujan meteor terjadi ketika Bumi masuk ke wilayah dengan jumlah sumber meteor (puing-puing komet atau asteroid) yang lebih tinggi,” ujar Denny kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/1).

Denny menyampaikan puncak hujan meteor y-Normid bisa disaksikan di seluruh wilayah di Indonesia. Berdasarkan publikasi, fenomena itu akan berlangsung pada pukul 21.38 waktu lokal dan tenggara.

Namun, dia berkata masyarakat hanya bisa melihat selama arah pandang ke rasi Norma tidak terhalang, misalnya saat cuaca cerah.

Lebih lanjut, Denny menyampaikan setiap hari Bumi kejatuhan meteor dengan jumlah berat bisa mencapai beberapa ton perhari. Hujan meteor, kata dia, hanyalah fenomena meteor jatuh dengan frekuensi lebih tinggi dalam waktu relatif singkat.

“Apakah berbahaya? Tergantung ukuran puing-puing komet atau asteroid yang masuk ke atmosfer Bumi. Kalau berukuran cukup besar dan tidak habis terbakar di atmosfer maka sisanya (meteorit) ketika jatuh di wilayah berpenghuni tentu saja berbahaya,” ujarnya.

“Tapi selama ini jarang sekali hujan meteor yang disertai peristiwa yang membahayakan,” ujar Denny.

Di sisi lain, Denny menyebut masyarakat akan melihat meteor seolah muncul dan menyebar dari satu titik di langit ketika hujan meteor terjadi yang disebut radian. Adapun fenomena hujan meteor y-normid, lanjutnya radian berada di antara rasi Norma dan Lupus.

“Untuk wilayah Indonesia Bagian Barat, radian baru terbit (muncul dari horizon tenggara) pada pukul 21.38 WIB. Jadi, Kita baru dapat menyaksikan hujan meteor mulai pukul 21.38 WIB sampai menjelang matahari terbit,” ujarnya.

Adapun untuk melihat fenomena itu, Denny menyampaikan masyarakat dapat melihat tanpa alat bantu dalam kondisi langit gelap.

Melansir In The Sky, selama periode puncak akan ada peluang untuk melihat meteor Norm-Normid setiap kali titik pancaran di konstelasi Norma berada di atas cakrawala, dengan jumlah meteor yang terlihat semakin tinggi di atas titik radiasi langit.

Hujan meteor muncul ketika Bumi melewati aliran puing yang tertinggal setelah komet dan asteroid. Seiring waktu, potongan-potongan puing seperti pasir di aliran ini mendistribusikan diri sepanjang orbit objek induk di sekitar tata surya.

Bintang jatuh terlihat setiap kali salah satu serpihan ini bertabrakan dengan atmosfer Bumi, biasanya terbakar pada ketinggian sekitar 70 hingga 100 km.

Pada hari-hari tertentu dalam setahun, orbit Bumi melewati aliran yang sangat padat yang terkait dengan komet atau asteroid yang telah mengalirkan sejumlah besar material padat ke luar angkasa, dan menimbulkan hujan meteor tahunan.

Hujan meteor itu berulang setiap tahun setiap kali Bumi melewati titik tertentu dalam orbitnya dan melintasi aliran material tertentu.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia