Stok air baku di Batam semakin kritis. Di akhir Februari 2020 ini, kondisi Dam Duriangkang semakin mengkhawatirkan, tingkat elevasi air dari dam yang menopang 70 persen kebutuhan Pulau Batam itu telah berada berada di angka -2,95 meter di bawah ambang batas atau spillway.

Head of Corporate Secretary ATB Maria Jacobus menyebutkan, kondisi ini merupakan kondisi terburuk selama dam tersebut beroperasi di Batam. “Dam Duriangkang yang paling parah,” imbuh Maria, Sabtu (29/2/2020).

Ia menjelaskan, tiap hari tingkat elevasi di dam terbesar itu berkurang dua sentimeter.

“Jika capai angka minus 3,4 meter di bawah spillway, maka harus dilakukan penggiliran (rationing) guna memperpanjang umur dam,” tegas Maria.

ATB sendiri sudah melaporkan kondisi dam ini kepada BP Batam sejak Oktober 2019 lalu. Dan ATB telah mengirimkan surat terakhir meminta atensi dari BP Batam sejak 19 Februari lalu.

“Kami masih menunggu arahan BP Batam untuk menyikapi kondisi ini. Namun dalam surat tersebut, kami sudah memberikan masukan terkait hal ini,” imbuhnya.

Jika elevasi terus turun, maka akan memengaruhi suplai. Dampak paling dekat yang akan dirasakan adalah berhentinya operasional WTP Tanjungpiayu. ATB memperkirakan kondisi setop operasi akan terjadi pada dua minggu mendatang jika hujan tak kunjung turun.

Dengan kata lain, pelanggan di Piayu dan sebagian Mukakuning, Tanjunguncang, dan Batuaji tidak akan mendapat pelayanan air bersih yang optimal lagi. Yang paling memprihatinkan adalah daerah yang masuk zona kritikal. Saat normal saja sulit mendapatkan air selama 24 jam, apalagi saat kemarau.

“ATB saat ini tetap menyiapkan yang terbaik menyambut kemungkinan yang terburuk,” jelasnya.

Berdasarkan catatan ATB, kondisi terakhir dam lainnya juga sama meski tidak masuk zona merah seperti Dam Duriangkang. Tingkat elevasi Dam Mukakuning di angka minus 1,89 sentimeter. Dam Seiladi di minus 1,99 sentimeter. Dam Harapan di minus 1,24 sentimeter, dan Dam Nongsa di minus 0,55 sentimeter.

Sementara itu, anggota DPD RI dari Kepri Haripinto menga-takan, masalah air ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Bukan hanya pemerintah daerah Kota Batam, tetapi juga provinsi dan pusat.

“Sudah saya sampaikan sejak awal, masalah air ini harus diseriusi. Apalagi Batam ini adalah daerah investasi. Tidak bisa investasi berkembang kalau kebutuhan air tidak ada,” katanya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni mempercepat pengoperasian dam yang lain misa-nya dam Tembesi, dan dam lainnya. Selain itu, pengerukan dam juga harus dilakukan.

“Pemeliharaan dam ini sangat penting. Kita tidak punya mata air. Kita hanya berharap pada dam ini. Ini harus kita rawat. Kegiatan ilegal di sekitar dam harusnya dihentikan. Di sinilah ketegasan dari pihak terkait,” katanya.

Editor: PARNA
Sumber: batampos