JAKARTA – Satu orang siswa SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta yang hanyut di Sungai Sempor kembali ditemukan. Masih ada 3 siswa yang dinyatakan hilang sejak kemarin, Jumat (21/2).

Komandan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Pristyawan mengatakan jumlah korban bertambah menjadi 7 orang. Laporan terakhir didapat pada pukul 04.30 WIB, Sabtu (22/2).

“Satu korban lagi ditemukan di atas pukul 24.00 WIB,” ungkap Pristyawan, Sabtu (22/2).

Ada total 23 korban yang mengalami luka-luka akbat terbawa arus Sungai Sempor. Ada dua orang diantaranya yang masih menjalani rawat inap di Puskesmas Turi Sleman.

Korban meninggal dunia siswa SMPN 1 Turi antara lain Sovie Aulia, Arisma Rahmawati, Nur Azizah, Latifa Zulfaa, Khoirunnisa Nurcahyani, Fanea Dida, serta Evieta Putri Larasati. Sementara 3 siswa yang belum ditemukan yaitu Yasinta Bunga, Zahra Imelda, serta Nadine Fadilah.

Yasinta Bunga memiliki ciri-iri tahi lalat di pipi, tinggi sekitar 150 cm, rambut ikal panjang. Ciri-ciri Zahda Imelda yaitu tinggi sekitar 150 cm, agak kurus, rambut ikal sebahu. Kemudian ciri-ciri Nadine Fadilah yakni kecil, tinggi sekitar 140 cm.

Terpisah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB X) sempat mengunjungi SMPN 1 Turi, Sleman. Dia menyampaikan bela sungkawa atas musibah yang baru saja terjadi.

Selain itu, dia juga menyesalkan ada kegiatan yang dilakukan di sungai saat musim penghujan masih. Menurutnya, kegiatan semacam itu jelas membahayakan keselamatan siswa.

“Pihak sekolah tentunya juga harus dapat bertanggungjawab atas kejadian ini,” pinta Sultan dalam pernyataan tertulis, Sabtu (22/2).

Selain melakukan peninjauan di SMP N 1 Turi, Sri Sultan juga mengunjungi para korban yang dirawat di Puskesmas Turi. Dia memberi pesan agar tidak ada lagi kegiatan serupa ketika musim hujan belum berakhir.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, Reni Kraningtyas mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai kilat petir, angin kencang, atau hujan dengan durasi yang panjang. Hal ini dapat berdampak terjadinya longsor, banjir, dan banjir bandang.

“Kondisi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh pertumbuhan awan-awan konvektif atau awan cumulonimbus secara intensif,” jelas Rani melalui siaran pers, 21 Februari 2020.

Kejadian banjir bandang, kata Reni, umumnya dipicu oleh hujan dengan intensitas lebat atau hujan berdurasi panjang yang terjadi di hulu sungai.

“Kejadian banjir bandang ini sering ditandai dengan terlihatnya awan hitam tebal ke arah hulu sungai, meskipun cuaca di daerah hilir sungai cerah atau tidak hujan,” imbuhnya.

Lebih lanjut BMKG telah memprediksi bahwa Bulan Februari ini masih merupakan puncak musim hujan, dan cuaca ekstrim masih akan terjadi sampai dengan bulan Maret 2020 mendatang.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia