JAKARTA – Kabar duka meninggalnya suami Bunga Citra Lestari (BCL), Ashraf Sinclair membuka mata bahwa serangan jantung mengintai setiap orang. Ashraf meninggal dunia akibat serangan jantung pada Selasa (18/2) dini hari.

Ashraf yang masih berusia 40 tahun itu dikabarkan tak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Dia juga diketahui rutin berolahraga. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaan jantung dan pembuluh darah sedini mungkin sebagai langkah antisipasi.

Pemeriksaan apa yang mesti dilakukan untuk mengetahui kondisi jantung dan pembuluh darah? Kapan harus melakukan pemeriksaan?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Sony Hilal menjelaskan pemeriksaan dan waktu yang tepat untuk mengecek kesehatan jantung.

Menurut Sony, pemeriksaan untuk laki-laki dewasa sebaiknya dilakukan sedini mungkin sejak memasuki usia 30 tahun. Terutama bagi pria yang memiliki faktor risiko berupa riwayat keluarga mengalami penyakit jantung, memiliki tekanan darah tinggi, dan kelebihan berat badan.

Bagi perempuan, risiko baru meningkat setelah mengalami menopause.

“Kalau mau lebih cepat dan lebih awal bisa periksakan di usia 30 tahun,” kata Sony yang juga merupakan Ketua Departemen Informasi Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat (PP PERKI) kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/2).

Jika sudah memiliki gejala seperti kerap sesak napas dan sakit di sekitar dada, Sony juga menyarankan untuk segera melakukan pemeriksaan.

Pada usia 40 tahun, setiap orang disarankan untuk melakukan pemeriksaan dasar kondisi jantung.

Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk orang yang tak memiliki gejala klinis meliputi pengecekan kolesterol total, HDL, dan tekanan darah sistolik. Dokter lalu akan melakukan pengecekan risiko Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) dengan memasukkan indikator usia, jenis kelamin, ras, status merokok, dan riwayat penggunaan obat antihipertensi.

Jika hasil perhitungan di bawah 5, masih masuk kategori aman. Perhitungan berkisar 7,5-20 maka masuk dalam kategori sedang. Di atas itu, tergolong berat.

Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan sendiri di situs American College of Cardiology.

“Pada kategori sedang makan dokter perlu melakukan pemeriksaan CT Scan jantung tanpa kontras dan kalsium skor untuk melihat kondisi jantung dan pembuluh darah,” ujar Sony yang bertugas di RS Universitas Indonesia tersebut.

Dokter juga akan menentukan apakah orang tersebut perlu mengonsumsi obat statin untuk mencegah terjadinya serangan jantung.

American Heart Association merekomendasikan pemeriksaan tersebut secara rutin setiap tiga tahun sekali. Pengecekan juga bisa lebih sering jika faktor risiko meningkat.

Sedangkan untuk orang yang sudah memiliki keluhan dan gejala berupa sakit pada bagian dada dan napas terengah-engah, maka perlu pemeriksaan deteksi dinding jantung melalui CT Scan dengan kontras.

Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kemungkinan penyempitan pembuluh darah. Pemeriksaan untuk mengetahui iskemia juga dilakukan dengan tes treadmill dan MRI.

Dokter kemudian akan menentukan langkah penanganan, salah satunya pemasangan stent atau ring jantung.

Untuk mencegah penyakit dan serangan jantung, Sony menyarankan agar setiap orang mengurangi asupan lemak jenuh, mengonsumsi kalori seimbang, makanan bernutrisi tinggi, dan berolahraga minimal 30 menit setiap hari lima kali seminggu. Setiap orang juga disarankan untuk istirahat dan tidur yang cukup serta tidak merokok.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia