JAKARTA – Kherjuli, pengamat lingkungan, menyebut krisis air bersih mengancam masyarakat Pulau Bintan di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri). Krisis air tahunan tersebut terjadi karena pengelolaan sumber air bersih di wilayah setempat tak maksimal.

“Sumber air bersih di Pulau Bintan, yang dikelola PDAM Tirta Kepri belum memadai, dan diperparah dengan pengelolaannya yang kurang maksimal, sehingga setiap tahun krisis air,” ujarnya, seperti dilansir Antara, Minggu (16/2).

Kherjuli mengatakan Pulau Bintan memiliki dua sumber air bersih yang dikelola PDAM Tirta Kepri, yakni Sei Pulai dan Waduk Gesek. Tiap tahun, Sei Pulai dan Waduk Gesek kerap mengalami kekeringan, terutama saat tidak terjadi hujan selama 1-2 bulan.

Kondisi Sei Pulai dan Waduk Gesek semakin parah ketika terjadi pendangkalan. Saat Waduk Gesek kering, air laut masuk ke waduk. Sementara, di sekitar Sei Pulai terdapat kebun kelapa sawit.

“Hutan di sekitar Sei Pulai rusak parah, sementara di Waduk Gesek terdapat tanaman yang mengganggu produktivitas air,” jelasnya.

Kherjuli menyebut waduk di Kawal, Bintan, sudah selesai dibangun. Namun, instalasi belum terpasang, sehingga belum dapat disalurkan ke rumah pelanggan.

Waduk Kawal dapat meningkatkan produktivitas air bersih ke rumah pelanggan, namun tetap belum sepenuhnya dapat terlayani secara maksimal sehingga memang pemerintah harus mencari jalan lain untuk mendapatkan sumber air bersih yang memadai.

Ia memberi apresiasi pihak-pihak yang mendukung yang mendorong agar Selat Busung dibendung untuk dijadikan sebagai kawasan tangkapan air secara alami. Namun proses alamiah itu membutuhkan waktu yang lama, mulai dari pembebasan lahan, pembangunan pembatas kawasan tangkapan air hingga instalasi dan operasional.

“Kalau bersinergi antara pemerintah pusat dengan daerah, kemungkinan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama,” tuturnya.

Berdasarkan data PDAM Tirta Kepri, jumlah pelanggan mencapai 17 ribu keluarga.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia