Februari disebut sebagai titik kritis air di Batam, pasalnya pada bulan ini curah hujan merupakan yang terendah selama 2020. Mengingat Batam merupakan daerah yang mengandalkan air baku, Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar hemat air.

”Walaupun tidak masuk kategori elnino kita tetap mengimbau agar masyarakat bisa menghemat penggunaan air bersih,” kata Manajer Air Baku, Direktorat Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan, Hadjad Widagdo dalam konferensi pers di Marketing Centre BP Batam, Jumat (7/2).

Ia mengatakan, berangkat dari hal ini imbauan menghemat air merupakan langkah antisipasi persediaan air bersih di Batam.

Hadjad mengatakan, pemakaian air bersih di Batam tergolong sangat boros jika dibandingkan dengan rata-rata yang seharusnya. Dimana setiap orang di Batam rata-rata memakai air bersih sekitar 200 liter/hari, sedangkan rata-rata yang seharusnya adalah 160 liter/hari.

”Ini bukan terkait seberapa kemampuan kita untuk membayar, tapi lebih kepada bahwa sumber daya alam itu ada batasannya. Karena itu kita ajak untuk berhemat,” kata-nya.

Saat ini ada lima waduk di Batam yang memang menjadi sumber utama air baku, Waduk Duriangkang di Seibeduk masih menjadi penompang utama suplai air bersih di Batam. Atau sekitar 80 persen kebutuhan air oleh masyarakat Batam disuplai dari waduk yang memiliki kapasitas 3000 liter/detik tersebut.
Sedangkan upaya yang dilakukan BP Batam dalam jangka panjang pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mencari teknologi yang cocok untuk mendatangkan hujan. Hal ini menjadi langkah antisipasi jika Batam terjadi kemarau panjang.

”BP Batam juga tengah mengembangkan konsep Integrated Total Water Management (ITWM),” katanya.

Melalui konsep tersebut pihaknya akan menyinergikan antara potensi ketersediaan air baku, air bersih, pengelolaan air limbah. Desanilasi air laut dan daur ulang. Dengan demikian ketersediaan air bersih di Batam diharapkan bisa tetap terjaga.

”Jangka panjang BP Batam sudah menyiapkan beberapa perencanaan untuk pengelolaan air di Batam,” katanya.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam I,Wayan Mustika mengatakan perkiraan pihaknya curah hujan pada Februari lebih sedikit jika dibandingkan bulan lainnya di tahun 2020. Curah hujan di wilayah Batam hanya mencapai 50 mm sampai 100 mm yang biasanya rata-rata 150 mm.

Hanya saja ada beberapa upaya yang memang memungkinkan bisa dilakukan untuk membuat hujan buatan. Tapi hal itu juga sangat tergantung dengan kondisi awan yang ada. Namun, berdasarkan perkiraan bulan Maret dan April diperkirakan curah hujan sudah kembali normal.

”Sebenarnya kelembaban udara di Kepri cukup bagus, karena kan memang banyak laut. Hanya bulan Februari saja yang curah hujannya rendah,” pungkasnya.

Editor: PARNA
Sumber: batampos