SAMARINDA – Empat balita jadi korban pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), pada November 2016 lalu. Satu dari empat korban akhirnya tewas usai dirawat di rumah sakit (RS).

Tiga balita lainnya ialah Trinity Hutahaean, Alvaro Aurelius Tristan Sinaga, dan Anita Kristobel. Ketiganya sempat mengalami luka bakar cukup parah akibat peristiwa tersebut. Bagaimana kondisi mereka sekarang?

Di media sosial, video yang memperlihatkan Trinity dan Alvaro bermain bersama kembali beredar. Video ini diunggah terkait dengan rencana pemulangan WNI eks ISIS dari Suriah.

Orang tua Trinity dan Alvaro sama-sama menolak rencana pemulangan eks ISIS. Mereka menganggap rencana tersebut berisiko dan membutuhkan biaya besar.

Mereka kecewa karena pemerintah justru memperhatikan pihak yang telah memutuskan keluar dari Indonesia dan bergabung dengan kelompok pemberontak di Timur Tengah tersebut. Sementara korban kekejaman pelaku teror di Indonesia tidak terperhatikan.

Ibu Trinity, Sarina Gultom, menjelaskan kondisi terkini putrinya. Dia mengatakan kedua tangan putrinya kaku seperti kayu bakar. Pengobatan terus dilakukan sejak Trinity terkena lemparan bom molotov.

Bahkan, mereka sempat bertahan di China selama setahun untuk fokus pada pengobatan Trinity. Dia mengatakan selain fisik, ada tekanan batin yang dialami anaknya.

“Trinity itu marah kalau dilihat orang, dia sadar dua tangannya tidak berfungsi. Kulit-kulitnya habis. Dia operasi sana-sini, dan di China ini kami sudah 1 tahun tanpa bantuan pemerintah. Beruntung ada orang baik yang menggalang dana untuk kami,” kata Sarina kepada detikcom, Jumat (7/2/2020).

Sama seperti Trinity, Alvaro juga terus menjalani pengobatan atas luka yang dialami. Ibu Alvaro, Novita Sagala, mengatakan saat ini Alvaro sudah bisa sekolah. Tapi Alva masih menerima tekanan dari lingkungannya.

Editor: PARNA
Sumber: detiknews