Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuwardhana, mengatakan sebanyak 888 ekor babi di Bali mendadak mati sejak akhir Desember 2019 hingga 27 Januari 2020. Hal ini disebabkan karena terjangkit virus Flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

“Iya mati karena African Swine Fever (ASF), dan sudah positif setelah kita lakukan uji laboratorium,” ujar Wisnuwardhana saat dihubungi, Rabu (5/2). Ia berujar, dugaan sementara penyebab babi tersebut bisa terjangkit virus Flu Babi Afrika adalah karena diberikan makanan sisa dari hotel yang belum dimasak dengan baik.

“Dugaan kita dari sana, peternakan ada yang memberikan babinya makanan sisa. Makanan sisa itu dari sampah hotel terus tidak dimasak dengan baik. Sekarang bahkan sudah ada empat yang kita identifikasi. Denpasar, Badung, Tabanan dan Ginanyar, terus menyusul di Klungkung juga ada ternak mati,” jelasnya.

Atas dasar itu, pihaknya langsung membentuk tim untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Bukan hanya di daerah-daerah terjangkit, melainkan di semua wilayah agar wabah tidak meluas.

“Kita akan terus menghimbau kepada masyarakat untuk mencegah kontak langsung antara babi sehat dengan babi yang sakit. Terus tidak memasukkan babi baru ke peternakan, apalagi babi yang berasal dari luar daerah atau babi impor. Kalau harus membeli babi baru, babi tersebut perlu dikandangkan di luar peternakan untuk beberapa waktu atau dikarantina,” jelasnya.

Selain itu, tidak memanfaatkan makanan sisa dari restoran, dari penerbangan atau pelayaran untuk pakan babi juga menjadi hal yang sangat penting dalam pencegahan. Menurut Wisnuwardhana menjaga sanitasi kandang dan lingkungannya supaya tidak menjadi sarang caplak, serta membersihkan kandang secara teratur dengan disinfektan atau kaporit yang merupakan salah satu bahan yang efektif dan murah untuk membasmi virus ASF.

“Menertibkan orang yang keluar-masuk kandang, misalnya di pintu peternakan diisi tulisan “Yang tidak berkepentingan dilarang masuk kandang”. Petugas kandang menggunakan pakaian dan alas kaki yang bersih dan khusus untuk di kandang. Pembeli babi tidak perlu masuk ke kandang dan kendaraan pengangkut babi harus disemprot dengan disinfektan sebelum memasuki halaman kandang,” paparnya.

Ia lantas menyampaikan, pihaknya akan melakukan vaksinasi pada ternak secara teratur sesuai rekomendasi kesehatan hewan. Serta akan terus mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga agar babi yang pelihara tetap sehat, dengan cara memberikan pakan yang nyaman dalam kandang yang bersih, kering, dan hangat. (ACH)

Editor: PARNA
Sumber: kumparan