Tiga poin dibawa pulang Inter Milan dari Dacia Arena. Kemenangan 2-0 atas Udinese pada Senin (3/2/2020) menjadi penyebab. Kedua gol Inter dicetak oleh Romelu Lukaku pada menit 64 dan 71.

Udinese menyambut tamu mereka dalam formasi dasar 3-5-2. Luca Gotti–pelatih Udinese–menugaskan Stefano Okaka dan Kevin Lasagna di garda terdepan.

Antonio Conte memasang Romelu Lukaku dan Sebastiano Esposito di lini depan. Gelandang anyar Inter, Christian Eriksen, turut tampil sebagai penyokong di lini kedua.

Sayangnya, skuat lini serang demikian tidak banyak membantu. Tidak banyak peluang–apalagi peluang bersih–yang didapatkan Inter. Tembok kokoh Udinese terlalu sulit mereka tembus.

Inter bukannya tidak menggempur lawan. Sebelum turun minum, mereka membuat delapan percobaan. Akan tetapi, persoalannya tetap bagaimana menembus pertahanan Udinese yang dibangun dalam skema 3-5-2.

Para pemain Udinese melakukan transisi dengan mulus. Saat diserang, mereka akan mengubah formasi menjadi 4-4-2, lalu 5-3-2. Kalaupun para penyerang Inter bisa menembus area pertahanan, pemain Udinese langsung memberi tekanan intens yang membuat serangan tersebut mental begitu saja.

Lukaku
Akan tetapi suporter Inter tetap boleh bernapas lega usai turun minum. Lukaku berhasil menjadi pembeda dan memecah kebuntuan pada menit 64. Gol pembuka Inter hadir dari kegagapan bek kiri Udinese, Bram Nuytinck, mengantisipasi aksi individu Lukaku.

Gol Lukaku mengubah tempo permainan Inter. Yang gencar menyerang bukan cuma Inter, tetapi juga Udinese. Akibatnya tensi laga makin meninggi. Apes, saling tekan itu justru membuat pemain Udinese melakukan pelanggaran kepada Alexis Sanchez di kotak penalti.

Inter tak mau kehilangan kesempatan. Lukaku ditunjuk sebagai eksekutor penalti. Inter kembali bersorak begitu Lukaku sekali lagi meruntuhkan pengawalan Juan Musso di depan gawang. Dengan begitu, Inter memimpin 2-0 pada menit 71.

Ketertinggalan 0-2 membuat Udinese makin gencar mencari gol. Berbagai cara telah dilakukan, mulai dari mengandalkan kombinasi full-back dan pemain sayap, mencoba umpan lambung, hingga mulai rajin melepas tembakan jarak jauh.

Akan tetapi, tidak ada satu pun yang berhasil melahirkan gol. Padatnya pertahanan Inter membuat serangan-serangan tersebut tak bertaji.

Peluang menjanjikan adalah tembakan yang dilepaskan Rodrigo de Paul pada menit 77 dan Lasagna pada menit 86. Itu pun melenceng dari sasaran sehingga tak berujung gol. Kondisi seperti itu bertahan hingga peluit panjang dibunyikan. Inter menutup laga dengan kemenangan 2-0.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan