PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau ASABRI saat ini dalam kondisi sakit. Hal ini dinilai dari tingkat kesehatan asuransi atau rasio solvabilitas/risk based capital (RBC) yang masih jauh dari minimal yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen.

Berdasarkan bahan paparan ASABRI di Komisi XI DPR RI yang diterima kumparan, RBC ASABRI selama 2019 negatif 571,17 persen. Bahkan hingga akhir tahun ini, RBC akan terus turun hingga mencapai negatif 643,49 persen.

RBC ASABRI negatif ini terjadi karena liabilitas perusahaan lebih besar dari aset. Sementara aset ASABRI memang terus mengalami penurunan karena nilai investasi portofolio saham.

Untuk mencapai RBC 100 persen, diperlukan peningkatan aset Rp 7,05 triliun. Sementara untuk memenuhi RBC 120 persen, ASABRI memerlukan peningkatan aset Rp 7,26 triliun.

Meski demikian, pihak ASABRI enggan berkomentar mengenai hal tersebut. Direktur Utama ASABRI Sonny Widjaja mengatakan, penurunan aset selama ini karena penempatan investasi saham dan reksa dana di Hanson Internasional Group, yang dijalankan Benny Tjokro dan Heru Hidayat.

“Yang dimaksud saham grup Han‌son Internasional Group, Benny Tjokro sama Heru Hidayat,” ujar Sonny di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (29/1).

Konferensi pers singkat Direktur Utama PT ASABRI

Total aset ASABRI pada 2018 mencapai Rp 19,4 triliun dari pengelolaan program Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM). Namun per Desember 2019, total aset tersebut turun menjadi Rp 10,6 triliun.

Selanjutnya, total aset dari pengelolaan iuran pensiun atau Akumulasi Iuran Pensiun (AIP) juga mengalami penurunan. Dari Rp 26,9 triliun pada 2018, menjadi Rp 18,9 triliun di akhir tahun lalu.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan