JAKARTA – Ahli waris kerajaan Iran yang digulingkan pemerintahan revolusioner, Putra Mahkota Reza Pahlavi, memperkirakan bahwa rezim di bawah kepemimpinan tertinggi Ayatollah Ali Khamenei akan runtuh dalam beberapa bulan ke depan.

Pahlavi mendesak negara Barat tidak bernegosiasi apa pun dengan Iran menjelang keruntuhan ini.

Pria 59 tahun itu mengatakan bahwa protes besar yang meletus pada November 2019 dan yang terjadi pada bulan ini, tepatnya setelah insiden pesawat Ukraina ditembak rudal Iran, merupakan bentuk peringatan terhadap rezim Khamenei yang menggulingkan ayahnya pada awal 1979 silam.

“Hanya masalah waktu bagi rezim itu untuk mencapai klimaks terakhir. Saya pikir kita berada dalam mode itu,” kata Pahlavi dalam konferensi pers di Washington DC pada Rabu (15/1), dekat tempat tinggalnya selama mengasingkan diri.

“Ini adalah minggu atau bulan sebelum keruntuhan total, tidak berbeda dengan tiga bulan trakhir pada 1978 sebelum revolusi Iran terjadi,” ucapnya menambahkan.

Pahlavi menuturkan prediksi itu didapat dengan bukti bahwa ketakutan warga terutama pemrotes anti-pemerintah Iran saat ini sudah jauh berkurang. Ia merasa semakin banyak warga Iran dengan pemikiran reformis menjaga jarak dengan pemerintah.

Pahlavi mengungkapkan bahwa Iran saat ini dapat “mencium peluang pergantian rezim untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir”.

Kemunculan Pahlavi di depan publik ini berlangsung ketika situasi di Timur Tengah semakin kompleks terutama akibat perselisihan antara AS dan Iran.

Relasi kedua negara terus memanas terutama setelah Washington meluncurkan serangan drone yang menewaskan jenderal Iran, Qasem Soleimani, di Irak pada 3 Januari lalu.

Serangan itu dikhawatirkan memicu perang terbuka antara AS dan Iran. Teheran bersumpah akan membalas kematian Soleimani dengan beberapa kali meluncurkan belasan roket dan rudal ke sejumlah basis militer dan kedutaan AS di Irak.

Namun, hujanan rudal dan roket itu meleset tanpa menyebabkan kerusakan dan korban yang berarti dari pihak AS.

Dalam pernyataan ke media kemarin, Pahlavi menyatakan dukungan terhadap rencana Presiden Donald Trump menerapkan “tekanan maksimum” dengan sanksi berat demi mengisolasi rezim Iran.

“Sudah lama untuk menyadari bahwa rezim Iran saat ini tidak dapat direformasi dan harus disingkirkan. Rekan sebangsa saya mengerti itu dan rakyat Iran berharap dunia menunjukkan lebih dari sekadar dukungan moral,” kata Pahlavi seperti dikutip dari AFP.

Meski demikian, Pahlavi merasa pesimistis kerajaan sang ayah bisa kembali berjaya ketika rezim pemerintah revolusioner runtuh.

“Ini bukan tentang saya, ini tentang orang-orang Iran,” kata Pahlavi ketika ditanya wartawan apakah dia bisa memimpin seluruh warga Iran.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia