MEDAN – Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi mengaku tak menghapus Festival Danau Toba (FDT) di tujuh kabupaten di Sumut, namun mengevaluasi metode, lokasi, dan jadwalnya.

Ada pula rencana menjadikannya sebagai gelaran dua tahunan demi lebih menarik wisatawan.

“Kita [buat] bentuknya yang lain. Seperti ada [lomba] triathlon, lomba lari, berenang dan sepeda. Bukan ditiadakan kegiatannya, tetapi bentuknya apa, metodenya diperbaiki agar wisatawan itu datang ke Danau Toba,” kata dia, kepada wartawan Selasa (14/1).

Edy berharap nantinya kegiatan di kawasan Danau Toba dan sekitarnya bisa diperbanyak dan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik dan mengundang orang untuk kembali datang.

“Makanya rakyat di sana bisa mendukung. Sehingga orang datang ke Danau Toba, bisa benar-benar fresh (menikmati), dia mau berpariwisata,” papar Edy.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumut Ria Telaumbanua mengatakan, FDT akan digelar dua tahun sekali demi peningkatan kualitas.

Hal itu berdasarkan diskusi bersama dengan Badan Pengelola Otoritas Danau Toba (BPODT).

Gubernur SUmut Edt Rahmayadi ingin pariwisata di Danau Toba membuat orang-orang lebih fresh.Gubernur Sumut Edt Rahmayadi ingin pariwisata di Danau Toba membuat orang-orang lebih ‘fresh’. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)

“FDT untuk putaran pertama telah terlaksana di tujuh kabupaten se-kawasan Danau Toba secara bergantian. Tapi beberapa pertimbangan menjadikannya perlu dievaluasi,” ungkapnya.

Menurutnya, perlu ada perbaikan mekanisme penyelenggaraan, penjadwalan, tanggal, penetapan lokasi, serta sinergi antara pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat.

Ria mencontohkannya dengan jadwal pelaksanaan FDT selama ini tidak tetap. Hal ini, kata dia, menyulitkan agen perjalanan wisata untuk mempromosikannya ke dalam paket mereka.

Ada juga masalah penentuan tuan rumah yang dinilai belum mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas dan amenitas, seperti ketersediaan hotel yang mendukung.

“Penentuan waktu pelaksanaan tidak pada masa liburan, sehingga jumlah pengunjung tidak seperti diharapkan. Dan setelah 7 kali pelaksanaan FDT, sulit untuk mengukur keberhasilan baik dari target kunjungan wisman dan pemanfaatan FDT untuk ekonomi masyarakat setempat,” jelasnya.

Karena itulah, lanjut Ria, konsep FDT yang telah berlangsung satu putaran penuh di 7 kabupaten se-kawasan akan diperbaiki.

“Pelaksanaan FDT periode kedua bukan ditiadakan, anggarannya masih tertampung di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut Tahun Anggaran 2020,” ungkapnya.

“Tetapi semua rencana kegiatan selanjutnya masih akan didiskusikan dengan 7 kabupaten/kota, BODT dan Pemprov Sumut. Dalam waktu dekat akan dilakukan pertemuan pembahasan dengan tentunya menerima arahan-arahan dari Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur,” pungkasnya.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia