Siapa sangka ada aplikasi khusus buat orang-orang yang nyari sugar daddy atau sugar baby di Play Store. Namanya Sugarbook, aplikasi asal Malaysia yang ternyata sudah diluncurkan sejak Agustus 2019.

Meski sudah beberapa bulan diluncurkan, aplikasi ini baru akhir-akhir ini viral di media sosial. Setelah seorang pengguna Twitter ber-username @mkhairulazri membuat cuitan tentang ini.

Khairul Azri mengomentari papan iklan yang dipasang Sugarbook di kawasan Bangsar dan Sri Hartamas. Ia berkata iklan tersebut tidak sesuai dengan budaya Malaysia yang terkenal syariah. Ia juga bertanya mengapa billboard itu bisa lolos.

Hingga kini sudah lebih dari 4 ribu orang membicarakan billboard pencari sugar baby dan sugar daddy itu. Banyak netizen yang mendukung pernyataan Khairul jika iklan tersebut tak pantas disiarkan.

Alasannya beragam, mulai dari agama, budaya, juga tak bagus bagi keutuhan keluarga.

Walau begitu tak sedikit orang yang beranggapan jika billboard itu merupakan trik marketing yang sengaja dibuat untuk lebih memperkenalkan aplikasi ini.

Mengetahui iklan aplikasinya dikecam oleh masyarakat, Darren Chan si pendiri Sugarbook akhirnya angkat bicara. Lewat akun Facebook-nya, Darren bertutur kalau adanya Sugarbook adalah saranan untuk memberdayakan perempuan.

“…kami harap Anda mengerti bahwa kami membangun Sugarbook untuk memberdayakan wanita dengan memberi platform kencan agar memilih bebas apa yang mereka inginkan dalam sebuah hubungan yang ideal tanpa diteliti,” tulisnya membuka pengakuan.

Ia juga menambahkan kalau sugar baby bukanlah pekerja seks yang haram.

“Sugar baby bukan pekerja seks ilegal. Mereka tidak menukar tubuh mereka dengan uang. Mereka adalah orang-orang nyata dari semua jalan kehidupan, misalnya ibu tunggal yang berjuang, ibu rumah tangga, dan janda,” lanjutnya.

Apa pendapatmu soal aplikasi pencari sugar daddy dan sugar baby ini?

Editor: PARNA
Sumber: kumparan