JAKARTA – Sebanyak 200 pengusahaan asal Shandong, China yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Wood and Wood Product Shandong membidik investasi kayu asal Batang, Jawa Tengah (Jateng).

Ratusan pengusaha tersebut berminat untuk membangun kawasan industri furniture di Jateng.

“Tim Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dibawah pimpinan Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan Bapak Nurul Ichwan menerima delegasi dari Shandong. Mereka menyatakan sedang membidik Batang, Jawa Tengah sebagai destinasi investasi di bidang perkayuan dan furniture,” ujar Anggota Komite Investasi Bidang Komunikasi dan Informasi Rizal Calvary Marimbo di Beijing, China, dalam keterangannya resminya, Kamis (21/11/2019).

Ratusan pengusaha tersebut juga tengah mempertimbangkan pembangunan kawasan industri furniture di Kalimantan Timur (Kaltim). Meski ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur di Jateng lebih memadai, namun harga lahan di Kaltim lebih murah. Selain itu, Kaltim juga dinilai juga memiliki kayu hutan yang melimpah.

“Hanya saja, Jawa Tengah unggul di ketersediaan sumber daya manusianya dan infrastruktur penunjang lainnya,” jelas Rizal.

Rizal memaparkan, bila sukses di Jateng, para pengusaha Shandong juga mengincar membangun kawasan industri furniture di empat pulau lainnya seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

“Mungkin dia test case-nya di Jateng. Sukses di sana, mereka akan ekspansi ke pulau-pulau lainnya, membangun kawasan industri,” ujar Rizal.

Sebelumnya, para pengusaha ini juga telah menemui Bupati Bupati Batang, Wihaji. Di Batang, para pengusaha Shandong ini melihat potensi kayu dari hutan kawasan industri yang melimpah. Sehingga dianggap cocok untuk menghasilkan produk berorientasi ekspor.

Namun, hingga saat ini ratusan pengusaha tersebut masih membandingkan potensi investasi di Indonesia dengan Vietnam, Kamboja dan negara Indochina lainnya. Sebab, negara-negara tersebut menawarkan lahan gratis. Sejauh ini, nilai lebih yang dinyatakan para pengusaha tersebut atas Indonesia yakni pasokan kayu yang lebih berkualitas.

“Mereka lihat kayunya di Indonesia jauh lebih bagus,” pungkas Rizal.

Editor: PARNA
Sumber: detikfinance