Nama Gisella Anastasia bukan hanya dikenal sebagai penyanyi saja, kini perempuan kelahiran Surabaya itu juga menjadi seorang pebisnis. Sosoknya kerap dijadikan brand ambassador beberapa produk makanan hingga minuman kekinian; sebut saja Banagirl, Gulu-gulu, Gemolis Medan, dan Gempikoe.

Namun bisnis tersebut silih berganti ia jalankan. Ada yang masih bertahan, adapula yang sudah tak diurusnya. Meski mengalami jatuh bangun, Gisel panggilan akrabnya, tak lantas menyerah di tengah jalan. Perempuan 29 tahun itu justru ketagihan berkutat dibidang bisnis –termasuk bisnis kuliner.

Ini ia buktikan dengan membuka sebuah coffee shop baru yang berlokasi di Senayan City, Jakarta pada Senin (11/11). Namanya 11:11 (baca: eleven-eleven), menjadi debutnya membuka bisnis yang diakuinya, ia jalankan mulai dari nol. Gisel turun langsung, mulai dari mendesain tempat, mengkreasikan menu, menyeleksi karyawan, hingga mempromosikannya.

Perempuan kelahiran 16 November 1990 itu, bahkan tak malu-malu melayani sendiri pelanggannya. Begitu juga ketika kumparan berkunjung ke kafenya beberapa waktu lalu, Gisel tak segan membawakan makanan yang hendak ia tawarkan kepada kami. Sesekali ia turut memberi instruksi kepada karyawannya, untuk mengeluarkan menu yang akan kami cicipi.

“Yuk, mulai dikeluarin saja panna cotta-nya. Disiapkan dari sekarang biar bisa dicicipi. Tiga-tiganya, ya, yang rose, cokelat, sama pandan. Taruh di sini saja,” bisiknya kepada salah satu karyawannya yang tak sengaja kami dengar.

Lantas, bagaimana sebenarnya awal kisah Gisel tertarik dengan bisnis kuliner? Yuk, simak selengkapnya perbincangan kami dengan ibu dari Gempita Nora Marten ini:

Dari kapan Gisel mulai suka berbisnis kuliner?

Awalnya enggak kepikiran, ya sudah nyanyi saja. Terus semenjak tiga tahunan yang lalu mulai belajar-belajar bisnis, pas jatuh aku bangun lagi. Makin ke sini, makin banyak bidang yang aku cobain.

Coffee shop juga salah satu yang kepingin dari dulu buat dicobain, tapi belum ada tenaganya. Makanya kenapa namanya juga 11.11 itu karena memang kita juga enggak nyangka bisa punya beginian, kaya make a wish come true. Soalnya kita tahu gimana repotnya bikin bisnis ini, makanya ini terjadi begitu saja.

Sekarang aku juga jadinya fokus ke sini. Membagi waktu dengan Gempi juga jadinya banyak kegiatan yang kita lakuin, ya di sini. Quality time aku sama Gempi kebanyakan di sini. Dia sering ke sini, dia suka mainan di sini.

Kenapa akhirnya memutuskan untuk banyak menjalani bisnis di bidang kuliner?

Jadi, sebenarnya bisnis kuliner itu memang tricky, ya. Banyak banget up and down-nya, soalnya kita pasti bergantung sama banyak hal; selain dari resep yang kita punya, kita harus tetap bergantung sama SDM-nya, dan lain-lain.

Itu enggak gampang banget buat di-manage. Tapi, its work to try, karena kan pengalaman mahal harganya.

Kenapa Gisel enggak kapok mencoba berbisnis kuliner?

Aku sih basically, apa pun peluang bisnis yang bisa aku ambil, aku pengin banget belajar dari banyak hal. Kalau coffee shop yang baru ini kan karena enggak sengaja dapetin lokasi di dalam mall, butuh buka coffee shop, and then aku bilang ‘aku mau ikut dong.’ Aku benar-benar ngurusin semuanya, dari test food, interior, ngatur-ngatur karyawan.

Ini sih lain dari bisnis aku yang lainnya yang sudah pakai figur ‘Gisel.’ Kalau ini benar-benar dari nol semua.

Jadi, total ada berapa bisnis Gisel saat ini?

Untuk kuliner saat ini yang lagi jalan itu ini (kedai kopi), dan Gempiku Surabaya yang menjual oleh-oleh khas Surabaya. Ada juga Gempikoe Malang, yang masing-masing menjual oleh-oleh khas daerahnya.

Takut enggak dengan persaingan antar coffee shop yang ketat saat ini?

Memang sih kalau dipikir realitanya, awalnya sempat bertanya ‘pede enggak ya?’. Tapi setelah dipikir-dipikir lagi, mencari pengalaman dan lain-lain. Kita pelan-pelan, tapi pasti mau membangun brand-nya. Bukan karena hanya ini punya Gisel. Pakai embel-embel nama ‘Gisel’ juga bukan berarti lantas gampang.

Kita harus belajar dari nol, supaya brand-nya bisa berdiri sendiri tanpa embel-embel siapapun. Cuma masuknya mungkin lewat aku punya sosmed, itu nilai plus saja. Tapi aku enggak takut, sih kalau mau bersaing, yang penting kita punya signature-nya dan punya keunggulan. Lalu kita jaga dan kontrol terus, sih, mudah-mudahan bisa survive.

Gisel sendiri memang suka nongkrong di coffee shop?

Aku suka. Kalau menu yang enak itu kan sebenarnya kopi yang pakai rasa-rasa, tapi karena aku diet, jadi aku selalu mesannya kopi hitam. Enggak papa, jadi kalau aku biasanya nongkrong aku pesan kopi hitam dengan roti.

Makanya, begitu juga di sini karena kita enggak punya kitchen (di 11:11) buat makanan asin (berat), at least kita ada pastry yang asin; seperti salted egg atau truffle cheese, ada quiche juga.

Tapi dari dahulu memang Gisel suka minum kopi atau enggak?

Sebenarnya suka kopi, tapi bukan yang expert di kopi. Kaya teman-teman aku suka menyium ada bau nangka di kopinya, aku enggak bisa. Tapi aku itu penikmat, bisa menikmati mana kopi yang enak, layak dan cocok untuk disajikan. Kalau yang benar-benar tahu kopi itu ada partner aku, dia yang expert untuk controlling urusan kopi. Aku yang lainnya saja.

Kalau dessert aku enggak bikin sendiri, tapi aku bisa bikin. Dengan resep yang sekarang ada dari partner aku, aku kadang-kadang ikut buat. Aku penikmat banget. Tapi aku ngecekin semua, mulai dari tekstur, tingkat kemanisannya, bawel banget, sih aku. Karena gimana? Kan harus enak.

Jualannya di mall gini enggak boleh ada kata eror, karena sekali eror orang pasti males beli. Kaya panna cotta itu sebenarnya buatnya gampang, tapi butuh perbandingan yang pas supaya dapetin teksturnya. Teksturnya itu ya panna cotta, bukan pudding atau jeli.

Adakah tips and trick ala Gisel bagi yang mau menjalankan bisnis kuliner?

Kalau tips and trick-nya, mau yang gimana dahulu nih. Mau (bisnis) yang gimana nih, yang balik lagi semua orang akan nikmatin atau yang mau ngikutin tren. Tapi hati-hati juga karena kalau yang ngikutin tren saja akan ada masanya.

Musti pintar-pintar nge-mix yang tren dengan yang tetap orang selalu nikmatin terus. Dan, banyak faktor lainnya, sih.

Lantas, apa yang membuat Gisel enggak takut gagal dan mau buka bisnis baru lagi?

Karena dari situ belajar lagi, salahnya di mana biar dilakuin di bisnis yang baru lagi. Jadi kan tahu mana yang gagal sebelumnya, jangan diterapkan di bisnis yang baru.

Misalnya, marketingnya. Kalau makanan kita yakinlah bisa enak. SDM juga susah terutama untuk cari yang loyal sama kita. Kadang kita loyal, tapi ada yang nangkapnya baik jadi balik loyal ke kita, tapi ada yang malah memanfaatkan. Itu tricky banget. Sama kalau tempatnya di mall, ya itulah birokrasinya banyak.

Kopi juga kita idealis, dengan jenis arabika yang enggak murah, tapi buat harga di mall cukuplah. Kita juga maunya kopinya bukan yang ngandelin ojek online, jadi lebih khusus makan dan minum ke sini. Harga kopinya mulai Rp 30 ribuan. Rasa kopinya juga lebih ke specialty, jadi ke perut juga enak efeknya.

Orang ke sini jadi buat nongkrong, datang ke sini. Menikmati kopi kita yang taste-nya memang kopi benar dan enak, buat pecinta kopi beneran pasti enggak kecewalah. Di Indonesia kan sekarang juga banyak orang yang sudah ngerti kopi dengan kualitas baik.

Berikan 5 Rekomendasi menu di 11.11 yang Gisel suka?

Pandan latte, rossy cheese, strawberry lemonade, matcha cheese, dan sparkling songkit dengan jeruk kasturi itu enak banget. Kalau makanannya, kesukaan aku itu panna cotta pandan, terus tuang gula arennya sedikit-sedikit biar enggak kemanisan. Terus ada croissant truffle cheese juga enak.

Apa ada rencana untuk buka cabang?

Wah entar dulu, ya, napas dulu. Kita mikir panjangnya lebih biar orang tertarik untuk beli to go. Mungkin bikin kemasan botolnya, tapi itu masih kita pikirin.

Setelah coffee shop, bisnis apa lagi yang mau Gisel buat?

Yang kepikiran untuk nanti tapi belum, itu aku pengin buka tempat fisioterapi, random, ya hahaha. Tapi itu karena aku suka banget olahraga terus suka kecapean, tapi enggak suka pijet. Kadang-kadang dipijet malah sakit bukannya enak. Mudah-mudahan tahun depan, doain, ya!

Editor: PARNA
Sumber: kumparan