JAKARTA – Masih banyak yang menganggap nasi putih sebagai penyebab utama diabetes di orang Asia, termasuk Indonesia. Beberapa jurnal ilmiah bahkan menyebut kebanyakan makan nasi akan meningkatkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2.

Sebenarnya, apa alasan nasi selalu disebut penyebab diabetes?

“Mungkin yang jadi masalah itu nasi indeks glikemiknya sangat tinggi jadi artinya kalau kita makan nasi dalam waktu satu jam, akan terjadi kenaikan gula darah yang mendadak tinggi, berbeda dengan jenis karbohidrat lainnya,” jelas ahli metabolik endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Em Yunir SpPD-KEMD, saat dijumpai detikcom dan ditulis Selasa (12/11/2019).

Nasi merupakan salah satu sumber makanan karbohidrat yang memiliki indeks glikemik cukup tinggi, sekitar 70. Makin tinggi angka indeks glikemik makanan maka semakin cepat kadar gula darah meningkat.

Selain itu, peningkatan gula darah setelah makan nasi pada orang Indonesia juga terjadi terus menerus karena terbiasa makan nasi 3 kali sehari. Belum lagi ditambah lauk pauk dan camilan lainnya.

“Kalau jenis karbohidrat lainnya, kenaikan gula darah bisa pelan sehingga insulinnya keluar juga pelan. Jadi makan nasi banyak dalam waktu singkat artinya jumlah gula darah akan naik tapi insulinnya belum keluar, itu yang jadi masalah makanya banyak yang bilang nasi putih itu lebih jahat dari nasi merah, atau nasi hitam,” sebutnya.

Mengingat nasi memiliki indeks glikemik yang tinggi, banyak kemudian yang memodifikasi beras untuk menurunkan kadar glikemiknya. Meski demikian, dr Yunir menyebut dampaknya hanya berlaku jangka pendek karena jumlah karbohidrat yang diasup juga sama.

“Tapi dalam penelitian dalam jangka panjang efeknya akan sama. Kan total kalori yang masuk juga sama. Itu yang harus diperhatikan,” pungkasnya.

 

Editor: PARNA

Sumber: detiknews