Presiden Jokowi akan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional menyambut Hari Pahlawan 2019. Baru ada tiga nama yang sudah diketahui, yakni Ruhana Kuddus dari Sumatera Barat, Prof KH Abdul Kahar Muzakkir, dan Prof Dr Sardjito, keduanya dari Yogyakarta.

Kabar terbaru, ada dua nama lagi yang akan menerima gelar Pahlawan Nasional, yakni Alexander Andries Maramis dari Sulawesi Utara dan KH Masjkur dari Jawa Timur. Surat Keputusan (SK) Presiden terkait penetapan gelar Pahlawan Nasional untuk keduanya sudah beredar di media sosial.

Saat dikonfirmasi, Humas Kemensos membenarkan kedua nama terakhir mendapat gelar Pahlawan Nasional. Namun, Kemensos belum bisa memberikan daftar lengkap penerima gelar Pahlawan Nasional dengan alasan aturan birokrasi, menunggu pengumuman dari Presiden. Menurut rencana Presiden Jokowi akan menganugerahkan gelar pahlawan pada Jumat (8/11)

Alexander Andries Maramis atau lebih dikenal sebagai AA Maramis merupakan seorang tokoh yang berasal dari Sulawesi Utara. AA Maramis pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan tanda tangannya ada dalam Oeang Republik Indonesia (ORI) — mata uang RI sebelum rupiah. AA Maramis juga keponakan dari Maria Walanda Maramis, tokoh pejuang perempuan dari Sulawesi Utara yang juga mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Kemudian, ada nam KH Masjkur merupakan tokoh dan ulama dari Nahdlatul Ulama. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Agama di tiga era Perdana Menteri yakni Amir Syarifuddin, Mohammad Hatta, Soesanto Tirtopordjo atau sekitar periode 1947-1949. Kemudian menjadi Menteri Agama lagi di era Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo sekitar periode 1953-1955.

Pada zaman perjuangan kemerdekaan, KH Masjkur ikut menjadi anggota BPUPKI. Ia juga pernah tercatat sebagai pendiri Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian berubah nama Laskar Rakyat dan akhirnya menjadi TNI. Pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, ia memimpin barisan Sabilillah.

Editor: PAR
Sumber: kumparan