Jakarta – Sebanyak 157 orang tewas dalam sepekan demonstrasi anti-pemerintah di Irak. Jumlah itu diketahui berdasarkan hasil penyelidikan resmi yang dirilis Selasa (22/10).

Aksi unjuk rasa besar-besaran meletus di seluruh Irak sejak 1 Oktober. Mereka menuntut langkah konkret pemerintah untuk menekan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan memberantas korupsi.

Dikutip dari AFP, korban terbanyak ada di Baghdad dengan 111 orang tewas. Hasil penyelidikan menunjukkan hampir semua korban tewas adalah pengunjuk rasa.

Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa 70 persen korban tewas disebabkan oleh luka tembak di kepala dan dada. Rencananya massa akan kembali melakukan unjuk rasa pada Jumat besok.

Para demonstran Irak mendesak pemerintah dengan melakukan aksi unjuk rasa dan membakar kantor-kantor pemerintahan. Para demonstran juga mengabaikan permintaan unjuk rasa dengan tenang dari para pemimpin politik dan pemuka agama.

Kekerasan dalam menangani demonstrasi menghadirkan tantangan yang paling serius bagi negara yang dilanda konflik itu sejak kekalahan kelompok ISIS dua tahun lalu. Peristiwa ini juga memperdalam krisis politik bagi Irak yang masih berjuang dengan warisan berbagai perang yang belum selesai sejak invasi AS pada 2003.

Sebelumnya pihak militer mengaku terlalu berlebihan dalam menghadapi demonstran.

“Kami telah menggunakan kekuatan berlebihan di luar aturan dan kami telah mulai meminta pertanggungjawaban para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini,” kata militer dalam sebuah pernyataan. Ini adalah kali pertama pasukan keamanan mengakui kesalahan sejak gelombang protes pecah.

Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi, menyatakan siap menemui demonstran untuk mencari jalan keluar atas sejumlah tuntutan masyarakat.

 

Editor: PAR
Sumber: CNN Indonesia