Jakarta – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menyatakan tidak bisa mencapai target penyerapan beras petani sebanyak 1,8 juta ton pada tahun ini. Perusahaan negara itu sengaja tidak memenuhi target karena pasokan di gudang masih cukup berlimpah.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso menjelaskan target itu sejatinya sengaja tidak dicapai karena pasokan di gudang perusahaan masih sekitar 2,3 juta ton. Ia khawatir bila Bulog tetap mengejar target tersebut, maka jumlah pasokan di gudang akan berlebihan.

Pasalnya, kebutuhan beras masyarakat dari operasi pasar Bulog juga tidak tinggi. Ia mencatat realisasi distribusi beras Bulog hanya sekitar 3.000 ton sampai 4.000 ton per hari.

Angka itu jauh dari proyeksi awal mencapai 15 ribu ton per hari. Maka dari itu, pasokan yang ada tidak akan cepat digunakan dan hanya menumpuk di gudang.

Padahal, penyimpanan pasokan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kualitas beras ke depan. Toh, kalau terlalu banyak beras disimpan di gudang dan pada akhirnya tidak terpakai, maka kualitas akan turun dan berujung tidak terpakai.

“Sebenarnya (target) 1,8 juta ton bisa terealisasi, tapi persoalannya memang kami agak ‘ngerem’ pengadaan itu, sehingga tidak bisa (terpenuhi) 1,8 juta ton,” katanya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (15/10).

Ia melanjutkan, target penyerapan tidak bisa terpenuhi karena distribusi beras Bulog untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga ‘seret’. Sebelumnya, Bulog memperkirakan bisa mendistribusikan beras untuk BPNT mencapai 700 ribu ton pada semester II 2019.

Dari target itu, asumsinya distribusi beras akan mencapai 110 ribu sampai 150 ribu per bulan. “Buktinya, (penyerapan BPNT) sebulan hanya 60 ribu ton, berarti kan perkiraan kami 700 ribu ton sampai Desember tidak akan tercapai dan stok kami masih banyak,” terangnya.

Lebih lanjut, ia memperkirakan realisasi penyerapan beras sampai akhir tahun hanya akan mencapai 1,5 juta ton. Sebab, per akhir September 2019, realisasi penyerapan baru sekitar 1,1 juta ton.

Serapan terbesar, katanya, akan dilakukan pada hasil produksi di beberapa provinsi di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan lainnya. Sementara untuk tahun depan, ia belum bisa memperkirakan berapa target penyerapan yang akan dikejar.

“Kami lihat situasi dulu, tergantung situasi dan kondisi perberasan. Kalau cuaca buruk, ya kami sebanyak mungkin,” tuturnya.

Sedangkan untuk distribusi sampai akhir tahun, ia memastikan pasokan beras di gudang Bulog bakal cukup. “Prediksinya cukup untuk 15 ribu ton (per hari), jadi kami bisa operasi pasar sampai 500 ribu ton (sampai akhir tahun),” jelasnya.

 

 

 

 

Editor: PAR
Sumber: CNN Indonesia