Masalah pada kesuburan kerap jadi penghalang bagi banyak pasangan yang ingin segera menimang bayi. Tapi lantas tak perlu berkecil hati, karena ada teknologi bayi tabung salah satunya, dalam usaha memiliki anak.
CEO Morula In Vitro Fertilization (IVF), dr Ivan Sini, SpOG mengatakan, masalah infertilitas (keadaan kurang subur) yang tinggi menjadi salah satu penyebab banyaknya pasangan di Indonesia sulit memiliki anak. Bahkan 10 persen pasangan yang subur secara reproduksi di Indonesia, juga tak lepas dari masalah lain yang memengaruhi kesuburan mereka. Misalnya, bagi perempuan usia produktif atau masih 20-an, tapi terjadi penyumbatan pada saluran telur. Atau pada pria berusia awal 30-an namun jumlah spermanya yang sedikit.
“Itu menjadi pekerjaan rumah yang harus kita atasi. Ya, 10 persen pasangan yang subur sulit memiliki keturunan. Ditambah informasi pun sangat sulit sehingga banyak kabar (ketidaksuburan) dan bayi tabung yang tak benar beredar di masyarakat,” kata dr. Ivan dalam acara Morula IVF Indonesia, “Ultimate Services, Tingkatkan Kepercayaan Pejuang Buah Hati di Morula IVF Indonesia”, di Jakarta, Selasa (8/10).
Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat pria atau wanita tak subur, sehingga harus sesegera mungkin melakukan program bayi tabung. Misalnya saluran rahim tersumbat bagi wanita; sementara bagi pria, jumlah sperma tak sampai 5 juta per cc.
“Sebenarnya, tidak ada usia minimal untuk melakukan bayi tabung, karena semakin umurnya muda, ya semakin baik. Karena kan jumlah sel telurnya masih banyak dan bagus. Ini karena faktor umur pun mempengaruhi,” kata Ivan.
Selain itu, faktor umur juga menjadi penentu biaya yang dikeluarkan. Sebab dosis pengobatan yang kecil saja bisa habis Rp 60 juta, Moms. Sementara untuk pasien berumur 35 ke atas, berarti membutuhkan dosis pengobatan lebih banyak. Adapun kisaran biayanya Rp 90-100 juta.
“Kalau pasiennya lebih muda, kemungkinan lebih murah. Tapi sekarang, banyak pasangan yang datang 5 tahun setelah menikah. Dan itu pun mereka sudah mengunjungi banyak dokter, melakukan operasi ini-itu sehingga membuat lama kelamaan sel telurnya berkurang. Nah kalau sudah begini baru datang untuk program bayi tabung di saat sel telurnya berkurang. Akibatnya, cost perawatannya pasti lebih mahal,”
Meski begitu, program ini pun juga harus melalui proses pengecekan secara medis terlebih dulu, yakni mengecek apakah pasien benar-benar mengalami infertilitas atau tidak. Sebab kalau belum ada indikasinya, dr. Ivan pun akan membatasi mana pasien yang layak dan tidak.
“Memang ada beberapa kondisi-kondisi yang mengharuskan pasangan untuk bayi tabung. Tapi kalau belum ada indikasinya, tugas kita adalah secara sains, medis, dan etis, harus membatasi mana pasien yang layak, mana pasien yang tidak layak untuk program bayi tabung,” tutupnya.
Untuk mengetahui waktu yang tepat melaksanakan program tabung, maka Anda perlu mengkonsultasikannya ke dokter kandungan, Moms. Yaitu ketika usia pernikahan sudah lebih dari satu tahun dan selama itu pula Anda rutin berhubungan seks tanpa pengaman secara rutin, tapi tak kunjung hamil. Kemudian dokter akan mengecek, apakah melalui program bayi tabung atau cara program hamil lainnya, yang tentunya tergantung dari kondisi Anda dan pasangan.
Editor: PAR
Sumber: kumparan